Mundurnya KH Miftachul Achyar dari kursi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) semakin menandakan ada sesuatu di dalam MUI.
Menurut Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengaku sangat prihatin sekali terhadap ulah oknum-oknum di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bernama MUI.
Selain menjadi sarang teroris, terbukti di MUI pusat dan daerah ditangkap Densus 88 dengan kasus terorisme, MUI juga menjadi sarang oposisi yang bukan mendukung program pemerintah tapi justru selalu menyerang pemerintah. Padahal LSM MUI digaji oleh negara.
“MUI itu LSM “Plat merah” yang dibiayai oleh negara, namun sayang sekali MUI dinilai tidak efektif dalam mendukung kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Lihat saja statemen orang orang MUI yang sering kontradiktif, seolah antar pengurus MUI itu sendiri tidak ada koordinasi dan tidak saling mengingatkan. Ini seperti sampah yang dipelihara oleh negara,” papar Ken sebagaimana dikutip kontraradikal.
Dalam laman resmi MUI disebutkan, tujuan dari LSM MUI ini dibentuk untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. Tapi faktanya justru sebaliknya. oknum di MUI justru jadi provokator, termasuk memimpin dalam aksi demo.
Menurut Ken, demo yang dipimpin oleh Wakil Ketua MUI Pusat Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Drs. H. Fikry Bareno, S.E., MBA merupakan tanda seseorang keluar dari ketaatan pada penguasa. Ini bukti bahwa orang orang di MUI tak semuanya paham tentang ilmu agama.
Apalagi saat ritual ruku dalam sholat yang salah saat demo diatas mobil yang dilakukan oleh Wakil Ketua MUI Pusat Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Drs. H. Fikry Bareno, S.E., MBA
Menurut Ken, agama Islam juga mengajarkan kita supaya menaati penguasa, melakukan pembangkangan dan tidak taat kepada penguasa dilarang dalam Islam.
MUI tidak streril dari paham radikalisme dan terorisme, bila tak di evaluasi, sepak terjang oknum di MUI ini sangat membahayakan karena tidak ada yang kontrol, walaupun saat ini sudah ada BPET sebagai penyeimbang tapi dinilai belum efektif.