Kemerosotan parah di sektor real estat Swedia menjadi ancaman parahnya krisis ekonomi yang menjulang di ekonomi terbesar di kawasan Nordik tersebut.
Bloomberg melaporkan pada hari Senin bahwa setelah hampir dua puluh tahun pertumbuhan yang stabil, pasar properti negara sedang mengalami “perubahan dramatis.” Harga perumahan telah anjlok 15% dari puncaknya secara nominal tahun ini, didorong oleh lonjakan inflasi dan kenaikan biaya pinjaman, katanya.
Konsumen Swedia telah memotong pengeluaran secara drastis di tengah krisis biaya hidup yang sedang berlangsung. Hal ini telah membawa lebih banyak kerugian bagi sektor properti, di mana para ekonom sekarang memperkirakan penurunan harga perumahan melampaui perkiraan penurunan 20%.
Pasar perumahan Swedia adalah yang paling rentan di antara negara-negara UE karena kebijakan moneter negara itu, yang “berjalan lebih cepat di sini daripada di ekonomi lain,” kata seorang ekonom di Swedbank, Maria Wallin Fredholm.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa sekitar 64% orang Swedia memiliki rumah sendiri, tetapi kebanyakan orang tidak memiliki hipotek suku bunga tetap jangka panjang. Oleh karena itu, mereka terkena kenaikan suku bunga, yang sekarang berada pada level tertinggi dalam lebih dari satu dekade setelah serangkaian kenaikan oleh bank sentral negara tersebut. Ketakutan meningkat bahwa belanja konsumen akan terhenti.
“Penjualan ritel bersama dengan pinjaman anjlok dan tidak ada sinyal positif dari ekonomi domestik, dan terutama dari rumah tangga atau pasar perumahan,” ujar Annika Winsth, kepala ekonom di Nordea Bank, memperingatkan.
Menurut Bloomberg, utang rumah tangga sebagai persentase dari produk domestik bruto Swedia mencapai 90%, yang berarti bahwa biaya pinjaman yang lebih tinggi akan berdampak parah pada konsumsi.