Salah satu anggota tim juru runding Israel mengakui, Gerakan Hamas setelah gugurnya Yahya al-Sinwar tidak kehilangan kekuatannya, dan masih tetap melanjutkan kinerjanya, serta kondisinya tetap stabil.
Menurut laporan IRNA, salah satu anggota tim juru runding Israel menyampaikan hal ini dalam pertemuannya dengan keluarga para korban tawanan Zionis di Gaza.
Koran Zionis Haaretz tanpa mengisyaratkan nama pejabat tersebut, menulis: Angota tim juru runding Israel ini kepada keluarga tawanan Zionis di Gaza mengatakan bahwa posisi Hamas dalam perundingan stabil tidak melunak, dan bisa jadi semakin keras.
Ia mengatakan bahwa militer Israel harus mundur dari Koridor Philadelphia, dan tanpa fleksibilitas ini, tidak mungkin diraih kemajuan dalam perundingan dengan Hamas.
Sebelumnya para pejabat rezim Zionis Israel setelah gugurnya Yahya al-Sinwar, kepala Biro Politik Hamas, meyakini bahwa dengan gugurnya Sinwar, kekuatan Hamas akan musnah, dan Israel akan meraih keunggulan untuk memulangkan tawanan Zionis di Gaza.
Sampai saat ini perundingan antara Hamas dan rezim Zionis melalui mediasi Mesir dan Qatar serta partisipasi Amerika Serikat untuk menerapkan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tawanan antara kedua pihak belum juga membuahkan hasil.
Media rezim Zionis berdasarkan perkataan pejabat keamanan Israel, berulang kali menyalahkan Benjamin Netanyahu sebagai penyebab kegagaglan implementasi perjanjian ini karena menunda perundingan dan menambahkan prasyarat baru dalam negosiasi.
Keluarga para tahanan rezim Zionis juga menyalahkan Netanyahu dan menghambat tercapainya perjanjian gencatan senjata dengan gerakan Hamas. Mereka menyatakan dalam pernyataan persnya bahwa Netanyahu berusaha memperburuk situasi alih-alih mencapai kesepakatan untuk menukar tawanan.
Rezim Zionis Israel dengan dukungan Amerika Serikat melancarkan perang yang merusak terhadap warga Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 dengan tujuan memusnahkan Hamas dan membebaskan tawanan Zionis.