Dalam panggilan telepon dengan Pemimpin oposisi di “Isreal”, Benjamin Netanyahu, yang akan segera membentuk pemerintahan baru, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyoroti pentingnya hubungan bilateral berdasarkan kepentingan Bersama Turki-Israel. Kantor kepresidenan Erdogan mengatakan hal ini pada hari Kamis.
Menyoroti awal era baru dalam hubungan Turki-Israel berkat kemauan kuat yang ditunjukkan oleh kedua belah pihak, Presiden Erdogan mengatakan bahwa adalah kepentingan bersama Turki dan Israel untuk menjaga hubungan dengan menghormati kepekaan atas dasar kepentingan bersama,” bunyi pesan tersebut.
Pada tahun 2018, Turki memutuskan semua hubungan diplomatik dengan “Israel” dan mengusir duta besar atas pembunuhan 60 warga Palestina oleh pasukan Israel selama protes di perbatasan Gaza.
Warga Palestina dan dunia pada saat itu memprotes AS yang merelokasi kedutaannya ke Al-Quds yang diduduki.
Maret lalu, Presiden Israel Isaac Herzog mengunjungi Turki untuk bertemu dengan Erdogan untuk pemulihan hubungan lebih lanjut.
Pada bulan September, “Israel” menunjuk Irit Lillian sebagai duta besarnya untuk Turki. Lillian telah bertanggung jawab atas Kedutaan Besar Israel di Ankara selama dua tahun terakhir.
Erdogan dan pemerintahannya memiliki sejarah yang terkenal sering menggunakan perjuangan Palestina untuk mengumpulkan suara dan perhatian publik.
Pada 25 Maret, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dengan berani menyatakan bahwa “pencairan hubungan diplomatik Turki dengan Israel akan membantu Palestina.”
Tapi motif di balik normalisasi hubungan diplomatik menurut laporan Al-Mayadeen berasal dari rencana untuk menegosiasikan transportasi gas ke UE.
Pada bulan Mei tahun ini, Juru Bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan gas dari Mediterania Timur dapat menjadi alternatif pasokan Rusia untuk UE, menambahkan Ankara siap menjadi bagian dari proses ini.