Analis surat kabar Inggris, menyebut pasangan Elon Musk dan Donald Trump, layaknya naga berkepala dua yang akan membawa kerusakan diplomatik atas hubungan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Julian Borger, koresponden senior The Guardian, Sabtu (11/1/2025) mengatakan, Presiden terpilih AS, dan sekutu oligarkinya menimbulkan kekacauan diplomatik di antara sekutu-sekutu Washington.
Ia menambahkan, “Eropa sejak pemilu presiden AS bulan November 2024 lalu telah mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang muncul akibat kembalinya Donald Trump, tapi sepertinya ancaman Trump, atas stabilitas Eropa, muncul lebih cepat dari yang diperkirakan, bahkan lebih serius dari prediksi para pengamat yang pesimis.”
Menurut Borger, Elon Musk, miliarder AS, dan sekutu oligarki Donald Trump, mendukung partai-partai sayap kanan ekstrem di negara-negara Eropa.
“Ibu kota negara-negara Eropa, saat ini berada dalam situasi yang kompleks dikarenakan kajian terkait mekanisme untuk menjawab langkah Trump. Mereka ingin mengungkapkan kemarahannya atas campur tangan Elon Musk, yang menguntungkan kelompok ekstrem kanan, dan juga khawatir karena menjadi sasaran keluhan langsung Trump dan Musk,” paparnya.
Pada saat yang sama, Borger, menyinggung ambisi teritorial Donald Trump, termasuk upayanya menganeksasi Greenland, yang merupakan wilayah Denmark, supaya menjadi bagian AS.
Ia menegaskan, “Denmark, yang merupakan anggota NATO, saat ini masuk ke dalam krisis politik gara-gara Trump bermaksud merebut Greenland, dan mengancam untuk menerapkan tarif tambahan jika Denmark menentang penggabungan ini.”
Pemerintah Denmark, selain menggelar banyak pertemuan darurat dengan Raja, dan para pemimpin Greenland, juga sangat berhati-hati dalam merespons.
Analis Inggris ini juga menekankan kekhawatiran sekutu-sekutu AS bahwa dampak-dampak langkah Donald Trump, lebih jauh dari sektor perdagangan, dan bisa mempengaruhi keamanan Eropa dan Ukraina.
“Para pemimpin Eropa saat ini meyakini seiring dengan naiknya Trump, perang Ukraina akan memasuki fase baru yang di dalamnya mereka harus berusaha menarik perhatian positif Trump supaya melanjutkan pengiriman senjata ke Ukraina,” imbuhnya.
Elisabeth Braw, peneliti senior di Atlantic Council, menulis, “Sungguh menyedihkan tapi menggelikan ketika kita pikir telah menggunakan instrumen-instrumen kita untuk mengurangi risiko campur tangan Rusia, Cina, dan Iran, tapi sekarang kita sendiri menjadi target serangan dari dalam.”