Kamis lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menjatuhkan tarif 100% pada negara-negara BRICS, dan memperingatkan mereka agar tidak mengganti dolar AS sebagai mata uang cadangan.
Jaringan Sahab melaporkan, Kementerian Luar Negeri Cina hari Jumat mengatakan,”Meskipun Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 100 persen pada impor dari negara-negara BRICS, tapi Cina tetap berkomitmen untuk memperdalam kerja sama dengan mitra BRICS”.
Baca juga: [KARIKATUR] – Lima Keunggulan Kapal Perang Baru Iran
Terkait hal ini, Mao Ning, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina pada tanggal 22 Januari mengatakan bahwa BRICS mewakili keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta tidak terlibat dalam konfrontasi blok.
Ia menegaskan bahwa Beijing siap untuk terus bekerja sama dengan Mitra BRICS untuk memperdalam kerja sama praktis di berbagai bidang dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi global yang berkelanjutan.
Sebelumnya, dalam pernyataan yang hampir identik dengan pernyataan yang dibuatnya pada 30 November 2024, Trump menulis dalam pesan di jejaring sosial dengan mengatakan,”Kita memerlukan komitmen dari negara-negara yang tampaknya bermusuhan ini bahwa mereka tidak akan menciptakan mata uang baru untuk BRICS atau menggunakan mata uang lain untuk mendukung penggantian dolar AS yang kuat. Jika tidak, mereka akan dikenakan tarif 100%”.
Perlu diketahui bahwa proyek BRICS Bridge merupakan inisiatif negara-negara anggota BRICS, termasuk Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, untuk menciptakan jaringan ekonomi dan keuangan yang mandiri, yang tujuan utamanya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS dalam perdagangan. Rencananya adalah untuk memperkuat mata uang nasional negara-negara tersebut.
Rencana ini merupakan respons terhadap penggunaan sanksi yang berlebihan oleh Amerika Serikat untuk mengendalikan dan melemahkan rivalnya.