Perdagangan energi antara Rusia dan China terus berkembang dan naik hingga 64% dalam hal moneter sepanjang tahun ini. Wakil Perdana Menteri Rusia Aleksandr Novak mengatakan kepada saluran TV Rossiya 24 pada hari Jumat.
Komentar Novak ini menyusul pertemuan komisi antar pemerintah Rusia-China tentang kerja sama energi.
Wakil PM itu menjelaskan bahwa kedua negara bertujuan untuk lebih mengembangkan hubungan perdagangan, dan khususnya bekerja untuk memperluas pangsa mata uang nasional dalam transaksi energi.
“Kami beralih ke perjanjian dalam rubel dan yuan untuk sumber daya energi yang dipasok,” kata Novak.
Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia dan China telah meningkatkan penggunaan mata uang domestik dalam perjanjian bersama dalam upaya untuk menyingkir dari dolar AS dan euro.
Moskow terus-menerus mengejar kebijakan de-dolarisasi perdagangan luar negerinya dan khususnya meningkatkan penggunaan yuan. Selain mata uang China yang lebih sering digunakan dalam penyelesaian perdagangan, beberapa perusahaan Rusia telah mulai menerbitkan obligasi berdenominasi yuan, sementara sejumlah bank menawarkan simpanan dalam mata uang tersebut.