Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) selama beberapa tahun terakhir telah berubah menjadi salah satu penguasa “paling berbahaya” di dunia, setelah mendapatkan kekuatan melalui kebijakannya yang sangat represif. Diantaranya adalah memecat saingan politiknya dan membantai para pengkritiknya di dalam dan di luar kerajaan ultra-konservatif itu.
Surat kabar mingguan Inggris The Economistmengatakan bahwa bin Salman, yang menjadi pemimpin de facto Arab Saudi pada tahun 2017, berusaha keras untuk mengubah pandangan dunia tentang negara Arab itu dengan “mempromosikan kebijakan berbasis reformasi dan membuka masyarakat Saudi” untuk “mengubah tradisi mengikat di kerajaan gurun itu menjadi modern.”
Pangeran muda itu, bagaimanapun, kehilangan dukungan internasional atas pembunuhan brutal jurnalis pembangkang Saudi Jamal Khashoggi, di konsulat kerajaan di kota Istanbul Turki, berlarut-larutnya perang yang menghancurkan di Yaman yang miskin, dan kurangnya tekadnya untuk memangkas jumlah korban eksekusi di Arab Saudi meskipun slogan politiknya begitu banyak.
Arab Saudi, dari kerajaan sangat ultra-konservatif, mengontrol pendidikan, mengontrol narasi public, berubah setelah munculnya Muhammad bin Salman. Putra mahkota muda itu menyingkirkan ulama dari kekuasaan mereka, dan berjanji meningkatkan hak-hak perempuan, termasuk memberi mereka hak untuk mengemudi dan semuanya dalam waktu yang sangat singkat. Bagaimanapun penangkapan dan penyiksaan terhadap perempuan juga menjadi salah satu masalah HAM utama disana.