PurnaWarta — Hal pertama yang perlu diperhatikan dari etika (adab) membaca al-Quran adalah kesucian dan kebersihan pembaca al-Quran. Andaikata seseorang ingin menyentuh teks-teks al-Quran (dalam bahasa Arab) maka kesucian dan kebersihan adalah sebuah keharusan baginya (adab).
Dalam sebuah buku dikatakan sebelum membaca al-Quran, hendaknya berwudhu dan menyikat gigi, serta menggunakan pakaian yang bersih, harum, dan pantas. Insya Allah, bila hal ini diamalkan akan menjadi sebab kerhidoan Allah swt dan Rasul-Nya tercurah pada pembaca.
Yang ke-dua adalah menjaga keikhlasan ketika membaca al-Quran. Yang dimaksud dengan ikhlas ketika membaca al-quran adalah pembaca al-Quran (Qori) hendaknya dari awal sampai akhir membaca, meniatkan dirinya hanya untuk mendapatkan keridhoan Allah swt saja, karena salah satu ibadah yang di sana pun ada godaan syaithan adalah membaca al-Quran. Terlebih khusus bagi para pembaca al-Quran (qori) ketika menghadiri sebuah acara dan membacakan al-Quran di sebuah majelis sedangkan banyak orang yang mendengarkannya, maka hendaknya ia berhati-hati dan meminta perlindungan kepada Allah swt, supaya syaithan tidak masuk dalam setiap bacaannya.
Kadang kala syaithan berbicara seperti ini: “lihatlah, betapa indahnya kamu membaca dan orang-orang memuji kamu.” Lalu apa yang harus kita perbuat? Ketika kita ingin membaca al-Quran, kita harus memusatkan perhatian penuh pada seluruh bacaan, bahwa al-Quran adalah kalam Allah swt dan tak satu pun kalam yang serupa dengannya, dan tujuan kita adalah taat kepada perintah Allah dan menunjukan kehambaan atas kerajaan-Nya semata. Terdapat sebuah hadis tentang hal ini, bahwa: ”Seseorang yang membaca al-Quran untuk keridhoan Tuhan dan memahami agama Tuhan, pahalanya bagaikan pahala yang diberikan Tuhan kepada para malaikat, para nabi, dan para rasul-Nya.
Yang ke-tiga adalah berdoa sebelum membaca al-Quran. Setiap menjalankan sesuatu maka perlu adanya persiapan, atau ketika kita hendak melakukan suatu pekerjaan kita memerlukan akan adanya sebuah modal. Maka ketika memulai membaca dan masuk dalam dimensi (ruang) al-Quran, kita juga harus menciptakan sebuah persiapan. Salah satu persiapan itu adalah berdoa, terlebih lagi doa yang diajarkan oleh Nabi saw dan para Maksumin as. (Kitobe Ganjiineh Odobe Eslamii, karya Muhammad Redzho Ostiyoni dan Muhsin Ostiyoni)
Sebenarnya masih ada beberapa etika (adab) dalam membaca al-Quran yang belum sempat saya terjemahkan. Insya Allah dikemudian hari saya akan berusaha menerjemahkannya. Karena berkaca kepada pengalaman pribadi, ketika saya jauh dari referensi, saya pun tak mengetahui akan hal ini. Semoga tulisan ini bermafaat bagi semuanya. Saya hanya berniat mencari keridhoan Tuhan dan ingin mencoba mencintai al-Quran. Selain itu, saya hanya ingin berbagi pada teman-teman akan apa yang saya ketahui. Hanya Ilmu Allah lah yang tak pernah keliru.