PurnaWarta — Suatu hari Nabi saw bertemu dengan Harits bin Malik bin N’uman yang mana ia adalah seorang muslim dari Madinah, dan bertanya padanya, “Bagaimana keadaanmu?”
“Wahai Rasulullah! Aku adalah seorang mukmin yang hakiki.” Jawab Harits.
“Segala sesuatu itu mempunyai hakikat. Hakikat seperti apa yang kau miliki?” tanya Nabi kembali.
Harits berkata, “Wahai Rasulullah! Aku tidak mempunyai ambisi lagi terhadap dunia. Aku hidupkan malamku untuk beribadah dan di hari yang panas, (dikarenakan berpuasa) aku bersabar menahan rasa haus. Seakan-akan aku melihat Arsy Allah swt yang mana telah disiapkan untuk menghisab amal-amal manusia di hari kiamat. Jua seakan-akan aku melihat Ahli Surga yang saling sapa antara satu dengan yang lainnya dan seakan-akan aku mendengar jeritan para Penghuni Neraka yang sedang menerima azab.”
Rasulullah saw bersabda, “Ini adalah seorang hamba yang Allah telah berikan cahaya ke dalam hatinya.”
Setelah itu beliau kembali bersabda, “Engkau telah mendapatkan bashirat, tetaplah dan kuatlah dalam keadaan seperti itu!”
“Wahai Rasulullah! Doakan aku supaya Allah swt menuliskan kesyahidan untukku dalam kitab-Nya.” Pinta Harits.
Nabi saw bersabda, “Allahummarzuq Haritsa assyahadah! Ya Allah berikanlah kesyahidan pada Harits.”
Beberapa hari setelah itu, Nabi saw mengirim Harits ke medan perang dengan pasukan untuk berperang dengan musuh. Harits berhasil mengirim musuh ke Neraka sebanyak sembilan atau sepuluh orang, setelah itu ia pun syahid. (Al-Kafi, jild 2, hal 54, hadits no 3)
Adapun hikmah yang penulis petik dari kisah Harits ini adalah ketika Allah swt telah memberikan cahaya pada hati seorang hamba-Nya maka seorang hamba tersebut akan mendapatkan sebuah pengalaman spiritual yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Seperti Harits yang pada waktu itu menjadi seorang hamba yang hanya melihat keridhaan Allah dan akhirat dalam setiap perkara sehingga tidak ada kecenderungan lagi pada dunia serta bisa menyaksikan para penduduk surga dan neraka.