Purna Warta — Hari Mubahalah adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam di mana Rasulullah Muhammad SAW, bersama keluarganya, terlibat dalam sebuah tantangan mubahalah (pertemuan doa kutukan) dengan sekelompok pendeta Nasrani dari Najran. Peristiwa ini terjadi pada tahun 631 Masehi.
Latar belakang dari peristiwa Mubahalah adalah kunjungan sekelompok pendeta Nasrani dari kota Najran ke Madinah. Mereka ingin berdiskusi dengan Rasulullah Muhammad SAW untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang Islam. Setelah diskusi yang intens, mereka tidak sepakat dalam hal ajaran agama, khususnya mengenai pengakuan Isa (Yesus) sebagai putra Allah.
Dalam situasi ini, Allah SWT menurunkan ayat dalam Al-Qur’an Surah Al-Imran (3:61) yang menginstruksikan Rasulullah untuk mengajak mereka dan keluarganya ke suatu tempat terbuka dan menyelenggarakan Mubahalah. Ayat tersebut berbunyi:
“Katakanlah: ‘Marilah kita seru anak-anak kita dan anak-anak perempuan kita, istri-istri kita dan istri-istri kalian, dan diri kita sendiri; kemudian marilah kita saling melaknat (dalam doa) kita, dan mengharapkan la’nat Allah atas orang-orang pendusta.”
Menurut riwayat, pada hari yang ditentukan, Rasulullah dan keluarganya bertemu dengan delegasi pendeta Nasrani di tempat terbuka. Setelah persiapan doa, pendeta Nasrani menyaksikan keluarga Rasulullah yang begitu bersahaja, penuh kekuatan spiritual, dan rasa yakin dalam keyakinan mereka. Melihat ini, pendeta Nasrani merasa terkesan dan takut akan doa kutukan Rasulullah, sehingga mereka memilih untuk menarik diri dan mencapai kesepakatan damai dengan Rasulullah.
Peristiwa Mubahalah menegaskan kebenaran dan kekuatan Islam, serta keberanian Rasulullah dan keluarganya dalam mempertahankan keyakinan mereka. Ini juga mengilustrasikan pentingnya dialog dan diskusi antara agama-agama dalam upaya mencapai pemahaman yang lebih baik.