Sahabat dalam Pandangan Khalifah Ali bin Abi Thalib Ra

PurnaWarta — Siapa yang ingin menikmati kehidupan di dunia ini sendirian? Memang tak disangkal siapapun tak ingin hidup sendirian di dunia ini. Ini sudah menjadi seuatu hal yang fitriah. Saya pernah mendengar dalam kajian ahlak bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah bersosial. Manusia tak bisa hidup tanpa bersosial. Berteman menjadi salah satu bagian dari bersosial.

Dalam catatan kali ini, saya mengumpulkan beberapa hadis dari Imam Ali alaihi salam berkenaan tentang teman. Hadis-hadis tersebut saya kutip dari nahjul balaghah, kumpulan hikmah. Catatan ini menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti

  • Apa itu teman?
  • Bagaimana cara mendapatkan teman?
  • Teman seperti apa saja yang harus dijauhi?

Imam Ali alaihi salam dalam  Hikmah Amirul Mukminin no 11, berkata “Orang yang paling tidak mampu adalah orang yang tak bisa menemukan teman dan yang paling tak mampu darinya adalah orang yang kehilangan teman-temannya.” Beliau mengatakan bahwa orang yang paling tak mampu adalah orang yang tak bisa mendapatkan teman. Apabila saya melihat hal tersebut begitu jelasnya bahwa kita termasuk orang yang tidak mampu apabila kita tidak bisa menemukan teman. Dan yang paling menyedihkan dari itu adalah orang yang kehilangan temannya adalah orang yang kehilangan teman-temannya. Padahal di satu sisi saya sebagai manusia mempunyai sebuah perasaan bahwa saya tak ingin disebut tak mampu dan terlihat menyedihkan. Kalau memang itu dirasakan oleh yang lainnya bisa dikatakan juga bahwa rasa tak ingin disebut orang yang tak mampu adalah rasa manusiawi.

Lalu bagaimana supaya kita mendapatkan banyak teman. Beliau dalam untaian yang lain, dalam Hikmah no 5, menyatakan bahwa, “Berwajah ceria perantara menemukan banyak teman.” Pasanglah wajah ceria dalam setiap keadaan. Ketika bertemu dengan orang lain. Saya pernah membaca sebuah hadis juga yang diriwayatkan oleh Imam Ali alaihi salam bahwa janganlah kalian menceritakan kesusahan kalian pada orang lain karena mereka tak butuh itu. Dari sini saya memahami bahwa kita sesekali tak boleh menampakan wajah semu dan pahit pada orang-orang yang ada di hadapan kita. Terutama kalau kita ingin mendapatkan banyak teman.

Hikmah 215, keadilan bisa memperbanyak teman. Berbuat adilah niscaya kita akan menemukan teman. Terutama dengan memahami apa arti dan makna dari adil tersebut. Setelah itu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah itu, sebuah pertanyaan hadir, lalu siapa saja yang harus dijadikan teman? Sekiranya tak memungkinkan kalau kita menjadikan semua orang yang bertemu dengan kita sebagai teman kan? Dalam Hikmah no 37, saya menemukan amanat Imam Ali alaihi salam untuk Imam Hasan alaihi salam tentang orang seperti apa saja yang harus orang yang patut dijauhi dalam pertemanan. Beliau menyatakan, “Anakku, jauhilah berteman dengan orang yang tolol. Sesungguhnya ia ingin memberikan manfaat kepada mu, tapi ia malah berlaku sebaliknya (malah bahaya yang disampaikan). Jauhilah berteman dengan orang yang bakhil, karena ketika kamu mendapatkan kesusahan, ia mengeluhkan penderitaanmu. Jauhilah berteman dengan orang yang berkelakuan buruk, karena ia bisa menjual harga dirimu. Jauhilah berteman dengan orang yang suka berbohong, karena ia tinggal di posisi yang remang-remang, ia mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.”

Setelah beberapa pendahuluan yang telah saya tulis, lalau apa sih sebenarnya arti dari kata teman? Apakah Imam Ali alaihi salam mempunyai definisi tersendiri untuk kata ini. Dalam hikmah no 129, beliau menyatakan bahwa “Teman, bukanlah teman kecuali dia menjaga hak-hak persaudaraan dalam tiga tempat yaitu ketika dalam keadaan kesusahan, ketika tak ada di sisinya, dan setelah meninggal dunia.” Sedikit pemahaman yang bisa saya ambil dari apa yang dikatakan oleh imam alaihi salam adalah kadang (mungkin ada sekelompok manusia) ketika temannya sedang dalam keadaan kesusahan, atau ketika ia tidak hadir di hadapannya, dan ketika ia sudah meninggalkan dunia ini, ia tak menjaga hak-hak dalam pertemanan. Seperti apa hak-hak pertemanan menurut imam ali alaihi salam, sejauh ini, penulis belum mengetahui hal itu. Jadi untuk sekarang penulis belum bisa membahasanya.

Dalam Hikmah no 209, yang perlu diperhatikan adalah hal apa yang bisa merusak pertemanan. Beliau menyatakan bahwa, “Kecemburuan (Hasad) pada teman, merupakan sesuatu hal yang bisa merusak pertemanan.” Sekian banyak pertemanan yang hancur karena mereka memelihara rasa cemburu satu sama lain. Melihat temannya lebih unggul dari padanya, ia menjauhinya. Padahal kata yang lebih tepat menurut saya bukanlah semburu atau iri, tapi termotovasi lebih tepat diimbuhkan pada setiap hal, terutama bagi mereka yang mmpunyai kemampuan lebih dari kita.

Hanya ilmu Tuhan lah yang paling benar. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *