PurnaWarta — Sebagai bentuk kehati-hatian saja, kita pun tidak boleh membentak dan berkata kasar pada kedua orangtua meskipun mereka yang salah. Inilah yang diajarkan oleh agama Islam.
Suatu hari Ibrahim bin Muhzam pergi ke luar dan datang ke rumahnya di Madinah. Ia tinggal dengan ibunya di rumahnya. Kemudian karena sebuah masalah, Ibrahim berkata kasar dan tidak seharusnya kepada ibunya.
Esok harinya, setelah shalat Subuh, Ibrahim datang menemui Imam Shadiq ra. Lalu ketika ia masuk ke rumah Imam, berkata Imam langsung menegur Ibrahim sedangkan ia belum mengucapkan sepatah kata pun.
Imam berkata, “Wahai anak Muhzam! Kemarin malam engkau berkata kasar kepada ibumu. Apakah engkau tidak mengetahui jika sekian lama perutnya adalah rumahmu, pelukannya adalah tempat tidurmu, dan dadanya adalah sumber makananmu. Lalu apa yang menyebabkan engkau berkata kasar padanya?! Jangan pernah melakukannya lagi!” (Biharul Anwar, jild 71, hal 76)
Salah satu adab dan akhlak pada kedua orangtua adalah berkata baik dan penuh dengan sopan santun kepada mereka. Jika kita melihat pada hadits di atas, sebenarnya antara Ibrahim bin Muhzam dengan sang ibu terdapat sebuah masalah yang menyebabkan Ibrahim berkata kasar kepada ibunya. Ini menghasilkan bahwa dalam keadaan apapun seorang anak dituntut untuk berkata penuh dengan sopan santun yakni tidak berkata kasar yang bisa menyebabkan seorang ibu merasa sakit hati.
Dalam hadits di atas kita tidak mengetahui apakah masalah ditimbulkan oleh Ibrahim ataukah ibunya. Namun sebagai kehati-hatian saja, kita pun tidak boleh membentak dan berkata kasar pada kedua orangtua meskipun mereka yang salah. Inilah yang diajarkan oleh agama Islam.
Dari hadits di atas kita memahami bahwa Imam Shadiq ra melarang Ibrahim untuk berkata kasar pada orangtua dengan nasihat untuk berpikir. Yakni Imam mengajak Ibrahim untuk melihat masa lalu ketika ia kecil yang mana ibunya dengan penuh kasih sayang mengandung, menjaga, dan membesarkannya. Yang mana jika tidak ada seorang ibu maka seorang anak akan kesulitan untuk tumbuh dari sisi lahir dan psikologi. Maka dari itu sudah selayaknya seorang anak berkata dengan penuh dengan sopan santun.