PurnaWarta — Pergantian dan perputaran siang dan malam mempuyai manfaat-manfaat yang penting bagi manusia. Dan manfaat-manfaat ini tidak akan pernah didapatkan dan dirasakan oleh manusia ketika tidak adanya keteraturan. Keteraturan yang terjadi dari pergantian siang dan malam adalah keteraturan yang ajaib dan luar biasa. Adanya keteraturan yang ajaib dan luar biasa menunjukan adanya Pengatur Yang Mempunyai Ilmu Luas dan Kuasa.
Pengatur seperti ini tiada lain adalah Allah swt karena Dia adalah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Lalu setelah itu dengan bantuan Burhan Tamanu dan ayat “Seandainya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa” maka pembuktian tauhid dan ke-Esa-an pun kita dapatkan yakni secara tidak langsung dari pergantian siang dan malam kita mengetahui dan memahami bahwasanya Allah itu satu.
Burhan Nadzhm (Dalil Keteraturan)
Setelah jelasnya bahwasanya perputaran siang dan malam adalah sebuah keteraturan dan tidak terjadi secara “kebetulan” maka -sekedar mengingatkan bahwasanya kita sedang membahas pembuktian tauhid dari pergantian siang dan malam- sekarang kita akan beralih untuk membuktikan bahwa Allah swt adalah Yang Mengatur ini semua. Hal ini akan dibuktikan dengan Burhan Nadzm.
Muqadamah awal:
Perputaran dan pergantian siang dan malam menunjukan adanya sebuah keteraturan yang luar biasa dan ajaib.
Muqadamah Tsani:
Setiap hal yang terdapat keteraturan maka di situ ada pengatur.
Natijah:
Pergantian siang dan malam yang mempunyai keteraturan yang luar biasa menunjukan adanya pengatur yang ilmunya mendalam dan kuasa. Pengatur ini tidak ada yang lain selain Allah swt, karena Dia Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.
Pembuktian tauhid Allah swt dari perputaran siang dan malam
Perputaran siang dan malam yang terjadi di muka bumi ini begitu teratur dan mempunyai fungsi masing-masing yang mana apabila hal ini tidak terjadi maka keseimbangan kehidupan akan terganggu. Lebih besar dari itu makhluk hidup dan manusia tidak mampu untuk sampai pada kesempurnaan. Tentunya mempunyai hubungan yang erat antara pergerakan matahari dan bulan. Hal ini adalah dalil kuat akan adanya Mabda dan Dzat Pengatur Yang Maha Mengetahui dan Kuasa mengurus semuanya ini dengan hikmat-Nya dan sama sekali Dia tidak akan pernah lalai dan lupa akan hal ini.[1]
Sekarang perhatikan ayat di bawah ini
لَوْ كانَ فيهِما آلِهَةٌ إِلاَّ اللَّهُ لَفَسَدَتا
“Seandainya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa”. (Surah al-Anbiya, ayat 22)
Yakni seandainya di langit dan di bumi ini ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya langit dan bumi akan hancur. Namun sekarang kita menyaksikan dengan kedua mata kita bahwasanya keteraturan di langit dan di bumi tidak rusak misalnya saja siang dan malam silih berganti secara teratur, maka kesimpulannya bahwa tuhan itu satu, Dia adalah Allah swt dan tiada Tuhan selain-Nya.
Dalam Tafsir Nemuneh, Makarim Syirazi, mengatakan, “Tanpa ragu kami mengatakan bahwa keteraturan yang ada di alam semesta ini berasal dari satu sumber. Itu semua karena jika ia berasal dari sumber yang berbeda dan pengurus yang berbeda maka keteraturan dan keseimbangan pastinya tidak akan mewujud seperti yang dikatakan al-Quran dengan kata “fasad” yaitu semuanya akan rusak.[2] Dan ini adalah yang disebut dengan Burhan Tamanu.
Kesimpulan
Seperti yang telah dipaparkan bahwasanya pergantian dan perputaran siang dan malam mempuyai manfaat-manfaat yang penting bagi manusia. Dan manfaat-manfaat ini tidak akan pernah didapatkan dan dirasakan oleh manusia ketika tidak adanya keteraturan. Keteraturan yang terjadi dari pergantian siang dan malam adalah keteraturan yang ajaib dan luar biasa. Adanya keteraturan yang ajaib dan luar biasa menunjukan adanya Pengatur Yang Mempunyai Ilmu Luas dan Kuasa. Pengatur seperti ini tiada lain adalah Allah swt karena Dia adalah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Lalu setelah itu dengan bantuan burhan tamanu dan ayat “Seandainya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa” maka pembuktian tauhid dan ke-esa-an pun kita dapatkan yakni secara tidak langsung dari pergantian siang dan malam kita mengetahui dan memahami bahwasanya Allah itu satu.
[1] Tarjumeh Majmul Bayan, jild 2, hal 149.
[2] Tafsir Nemuneh, jild 13, hal 382.