Purna Warta – Arbain Imam Husain as adalah hari ke-20 Shafar dan 40 hari pasca Tragedi Karbala dan kesyahidan Imam Husain as. Sudah masyhur bahwa para tawanan Karbala sepulangnya dari Syam pada tanggal 20 Shafar tahun 61 H/681, datang ke Karbala untuk menziarahi Makam Imam Husain as. Pada hari tersebut, Jabir bin Abdullah al-Anshari juga datang berziarah ke makam Imam Husain as. Ziarah Arbain termasuk diantara amalan-amalan khusus hari ini, dimana berdasarkan riwayat dari Imam Hasan al-Askari as bahwa ziarah arbain terhitung sebagai salah satu dari lima tanda-tanda orang mukmin.
Pada tanggal 20 Shafar (hari Arbain) termasuk salah satu libur resmi yang di tetapkan di Republik Islam Iran. Umat Muslim Syiah menyelenggarakan majelis duka untuk Imam Husain as pada hari tersebut. Longmarch Arbain umat Muslim Syiah menuju Karbala, pada tahun-tahun terakhir berubah menjadi salah satu peringatan majlis duka terpenting dan terbesar umat Muslim Syiah di dunia dan bahkan menjadi perkumpulan religi teragung dunia. Kini, peziarah terbanyak yang hadir di Arbain dari berbagai negara ke Irak adalah warga Republik Islam Iran.
Sejarah Arbain
Arbain artinya ke-40 dan tanggal 20 Shafar yang merupakan hari ke-40 pasca kesyahidan Imam Husain as pada Hari Asyura dinamakan Arbain Husaini atau hari Arbain. Hari ini terhitung sebagai hari terpenting karena dalil berikut ini bahwa menurut penukilan sejarah, Jabir bin Abdullah al-Anshari pada hari ini hadir di makam Imam Husain as sebagai pelopor dan peziarah pertama. Dalam sebagian referensi disebutkan bahwa selain Jabir, orang-orang yang selamat dari Peristiwa Karbala pada hari ini juga kembali ke Karbala dan menziarahi makam Imam Husain as dan seluruh Syuhada Karbala.
Kehadiran Jabir di Karbala
Jabir bin Abdullah al-Anshari adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw yang dikenal sebagai pelopor dan pelaku pertama Ziarah Arbain di makam Imam Husain as di Karbala. Ia pada hari ke 40 setelah peristiwa syahadah Imam Husain as tahun 61 H/681 (yakni 20 Shafar) bersama dengan Athiyah Aufi tiba di Karbala dengan niat melakukan ziarah di makam Imam Husain as.
Kembalinya Ahlulbait ke Karbala
Sebagian sejarawan berpendapat bahwa tawanan Karbala pergi dari Syam menuju Irak dan pada Hari Arbain (40 hari pasca Peristiwa Asyura) mereka tiba di Karbala. Di sana, mereka juga bertemu dengan Jabir bin Abdullah al-Anshari dan sebagian bani Hasyim. Setelah menziarahi Imam Husain as, mereka kembali ke Madinah. Pandangan ini disebutkan secara tegas dalam kitab Luhuf Sayid Ibnu Thawus.
Kelompok lain berpendapat bahwa karena jarak yang sangat jauh, maka tidak mungkin orang-orang yang hidup serta selamat dari Tragedi Karbala, mereka bisa kembali lagi ke Karbala setelah 40 hari pasca Asyura. Sebab, menjalani perjalanan Kufah ke Syam, kemudian kembali ke Karbala dalam waktu 40 hari tidak mungkin bisa dilakukan oleh rombongan tawanan Karbala. Muhaddits Nuri dan Syekh Abbas al-Qummi menerima pendapat ini. Selain itu juga tidak ada laporan dan data valid yang mampu membuktikan kejadian ini.
Sekelompok pakar sejarah lainnya juga berpendapat bahwa kembalinya rombongan tawanan Ahlulbait ke Karbala melalui jalur Syam ke Madinah. Mereka meyakini bahwa waktu kembalinya ke Karbala terjadi kira-kira akhir bulan Shafar dan awal-awal Rabiul Awal atau setelah itu[butuh rujukan]. Sebagian lagi menganggap peristiwa ini terjadi pada Arbain tahun-tahun berikutnya.
Ziarah Arbain
Dalam hadis yang disampaikan Imam Hasan Askari as, lima karakteristik yang harus dimiliki seorang Mukmin diantaranya adalah melakukan ziarah Arbain.
Demikian juga dinukil sebuah doa ziarah untuk hari Arbain dari Imam Ja’far al-Shadiq as. Syekh Abbas al-Qummi menuliskan doa ziarah ini di Mafatih al-Jinan pada bab 3 setelah ziarah Asyura yang tidak masyhur dengan nama “Ziarah Arba’in”.
Menurut Qadhi Thabathabai, ziarah hari Arbain di kalangan Syiah dikenal juga dengan nama ziarah “Maradd al-Ra’s” (bahasa Arab:مَرَدّ الرَّأس). “Maradd al-Ra’s” artinya adalah kembalinya kepala dan yang dimaksud adalah bahwa pada hari ini tawanan Ahlulbait kembali ke Karbala dan mereka juga membawa kepala Imam Husain as serta menguburkannya.
Jalan Kaki Arbain
Qadhi Thabathabai dalam kitab Tahqiqe Darbare-ye Awwal Arbain Sayyid al-Syuhada menulis, perjalanan menuju Karbala pada hari Arbain telah ditradisikan umat Islam Syiah sejak zaman kehadiran Imam maksum as. Bahkan mereka tetap melakukan tradisi perjalanan ini pada masa kekuasaan bani Umayyah dan bani Abbasiyah yang menetapkan pelarangan ketat untuk melakukan perjalanan tersebut.
Dengan adanya hadis-hadis yang menyebutkan mengenai besarnya keutamaan dan fadhilah ziarah Arbain, umat muslim Syiah khususnya warga Irak, setiap tahunnya dari berbagai penjuru negeri Irak melakukan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Karbala. Jutaan orang tiap tahunnya menyertai tradisi ini, sehingga tercatat sebagai perjalanan kaki yang paling padat di dunia. Pada tahun-tahun terkahir dan pasca keruntuhan rezim Ba’tsi di negara Irak, jumlah peziarah dan pejalan kaki ini menjadi berlipat-lipat ganda sehingga Pada tahun 2014 dilaporkan secara resmi mencapai sekitar 20 juta peziarah. Sebagian media menyebutkan kehadiran 15 juta pezaiarah Syiah di Karbala untuk ziarah Arbain pada tahun tersebut. Dan setiap tahunnya jumlah yang ikut terlibat dalam pawai akbar ini terus bertambah.
Sumber: https://id.wikishia.net/