PurnaWarta — Baginda Nabi Muhammad saw sangat mencintai umatnya. Saking begitu cintanya, ketika baginda nabi Muhammad saw hendak menuju Sang Pencipta, beliau mengkhawatirkan dan tidak ingin umatnya untuk merasakan sakaratul maut.
Cinta memang sebuah lafaz yang sangat umum dan sering kita dengar sehari-hari. Kata cinta begitu sangat banyak dan sering muncul dan mewarnai kehidupan kita.
Memahami sekelumit tentang cinta bisa membawa kita menuju maqam cinta yang sesungguhnya. Tak kenal maka tak tahu. Kalau kita tidak mengenal “Cinta” maka bagaimana kita bisa mengetahuinya sehingga kita bisa mengamalkannya dalam kehidupan kita.
Apabila diibaratkan, cinta itu seperti sebuah pisau tajam. Kadang ia bisa berguna bagi seorang ibu yang ingin memotong sayuran dan kadang ia bisa menjadi sesuatu perenggut nyawa.
Maka dari itu penting kiranya kita mengetahui sekelumit tentang cinta dari padangan seorang pria sejati dan kuat, Khalifah ke empat Islam, Ali bin Abi Thalib.
Ramah dan kasih membawa kita menuju cinta
Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Ramah tamah dan berkasih sayang membawa diri menuju cinta.
Ketika kita bisa mengekspresikan ramah dan kasih kepada setiap maujud, baik itu sesama manusia maupun makhluk hidup di alam semesta ini, maka sebenarnya kita sedang membawa diri kita menuju pada singgasana cinta.
Jangan jual murah cinta kita
Cinta adalah sesuatu yang suci yang tidak bisa diberikan kepada sembarang orang terlebih lagi bagi pada orang yang tidak setia. Khalifah Ali berkata “Janganlah kalian jual murah cinta kalian pada orang yang tidak setia”.
Berhati-hati terhadap cinta
“Mata pecinta buta terhadap cela dari yang dicinta dan telinga pencinta tuli akan keburukan dari yang dicinta.”
Maka dari itu ketika kita mencintai seseorang, kita juga harus bisa mengontrol diri kita sehingga kita tidak terjebak dalam sebuah fenomena cinta yang bisa membutakan mata dan menulikan telinga, yang menjadikan kita hilang arah dan tak mau menau dari siapa saja yang kita cintai.
Pecinta akan membahagaikan yang dicinta
“Siapa saja yang mencintai kamu maka ia akan membahagiakanmu.”
Manusia mempunyai dua urusan yaitu urusan jasmani dan ruhani. Kebanyakan orang, ketika mendengar kata “Bahagia” mereka langsung masuk pada urusan jasmani atau materi saja, sedangkan urusan ruhani dilupakan.
Tidak sedikit dari orang-orang menjadikan banyak tidaknya materi sebagai tolak ukur tatkala mencari pasangan hidup, teman, ataupun sahabat. Ini merupakan sebuah kekeliruan yang sudah merasuk dalam organ sosial dan harus dibasmi karena dalam diri manusia terdapat dua unsur yang sama-sama punya pengaruh terhadap kebahagiaan.
Inilah cinta menurut Khalifah Ali bin Abi Thalib. Begitu sangat dalam bukan?
Namun tidak begitu, mungkin seseorang bisa membahagiakanmu dalam aspek materi dan ruhani ataupun salah satu dari ini. Apabila ia hanya bisa membahagiakanmu dalam satu aspek saja, terlebih khusus aspek ruhani, maka tetaplah bersamanya, sehingga kalian sebagai pecinta dan yang dicinta sama-sama berjuang untuk mendapatkan dua kebahagiaan tersebut yaitu kebahagiaan materi dan ruhani.
Tanda-Tanda Hakiki Cinta Menurut Imam Ali bin Abi Thalib as
“Barang siapa yang mencintai kamu maka ia akan mencegahmu (dari berbuat buruk).
“Rasa suka bisa nampak dari lisan dan rindu serta cinta bisa dilihat dari mata”.
“Cinta sejati bisa diketahui ketika dalam kesempitan dan kesusahan.”
Di akhir tulisan ini penulis mengutip sebuah sabda Nabi Yusuf as bahwa cinta adalah derita. Yang mana hal ini beliau rasakan sendiri sehingga ia harus terpisah dari Ayah yang ia cintai dan ia harus masuk dalam bui karena wanita yang ia cintai, semua ini adalah derita cinta.
Penjaga bui berkata pada Yusuf “Aku mencintaimu”, Yusuf as berkata padanya “Setiap apa yang aku lakukan adalah dari cinta dan kasih. Bibiku karena mencintaiku, mencuriku. Saudar-saudaraku tak suka padaku karena kecintaanku pada ayahku dan wanita mulia yang aku sayangi menjebloskanku ke bui.”
Wahai sahabat, kenalilah cinta dari sumber yang memang terjaga dari kesalahan dan kekeliruan. Supaya sahabat tidak tersesat oleh cinta yang sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita. Dan Imam Ali as adalah sumber yang terjaga dari kesalahan dan kekeliruan.