PurnaWarta — Ada satu hal yang selama kita masih bernafas di dunia dan selama bumi masih berputar yang hukumnya wajib untuk diamalkan secara agama dan rasional, hal itu adalah berbakti pada ibu dan bapak.
Adapun berbakti pada ibu dan bapak adalah wajib hukumnya secara agama itu diisyarahkan oleh Allah swt dalam al-Quran yang berbunyi;
وَ وَصَّيْنَا الْإِنْسانَ بِوالِدَيْهِ إِحْسانا
“Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbakti kepada kedua orangtuanya.”[1] (Surah Al-Ahqaf, ayat 15)
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan gaya hidup berkeluarga. Salah satunya adalah al-Quran mengabarkan bahwa kita harus berbakti pada ibu dan bapak kita. Sudah sangat jelas tentunya bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam al-Quran adalah pentunjuk untuk kebahagiaan dunia dan akhirat manusia.
Maka dari itu, sudah seharusnya bahwa jika kita ingin mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat maka selama kita masih mampu untuk bernafas, selama dunia ini masih berputar, dan selama hari kehancuran dunia belum datang, maka kita harus berbakti pada mereka.
Inilah dalil syar’I untuk berbakti pada ibu dan bapak kita.
Berita Dunia (27/11) – Ayat-ayat suci al-Quran mengisyarahkan bahwa seorang anak harus berbakti pada ibu dan bapaknya. Begitupun dengan akal bahwa akal mengkonfirmasi jika seorang anak harus berbakti pada ibu dan bapaknya yang telah berjuang dan berkorban demi anaknya.
Ibu kita selama tiga puluh bulan (dari masa mengandung dan menyusui) telah rela berkorban menahan rasa sakit dan tidak nyaman hanya demi anaknya supaya bisa terlahir ke dunia. Ini merupakan sebuah pekerjaan yang besar nan mulia.
Sejak hari pertama mengandung, keadaan sang Ibu sepenuhnya berubah. Ketika janin tambah membesar maka bertambah banyak pula penderitaan yang dirasakan sang Ibu, namun sang ibu masih merelakan semuanya.
Kadang ibu ketika masa kehamilan merasakan kesulitan saat berdiri, duduk, beristirahat, serta keadaan tidur. Namun ibu masih bersabar menanggungnya dan berharap kelak bisa melihat sang buah hati dalam keadaan sehat wal afiyat.
Kesulitan pun tiba dipuncaknya ketika sang Ibu harus melahirkan buah hati. Ibu harus mempertaruhkan nyawanya demi sang buah hati. Akan tetapi masih saja ia bermurah hati dan bersabar. Ini adalah sebuah pengorbanan yang begitu amat besar.
Begitupun dengan ayah kita, bekerja dari pagi sampai malam, malam sampai pagi mengorbankan apa yang ia punya, tidak melihat apa yang ia inginkan tapi ia menatap apa yang keluarganya butuhkan, bekerja dengan giat di tengah kejamnya dan hiruk pikuk dunia, hanya untuk melihat anak-anaknya tumbuh dan bahagia.
Akal mana yang menolak hal ini. Akal mana yang tidak menerima untuk berbakti pada orang tua di saat mereka telah berjuang mempertaruhkan hidup dan keinginannya hanya untuk kebahagiaan anak-anaknya. Maka jika ada yang durhakan pada orang tua, dia berarti tidak berakal.
Inilah dalil rasional akan berbakti pada ibu dan bapak.
[1] Surah Al-Ahqaf, Ayat 15.