PurnaWarta — Ketika manusia mengetahui satu hal tentang dunia ini maka sesungguhnya masih sangat banyak lagi di alam semesta ini yang belum manusia ketahui. Selain itu, kadang manusia juga hanya mengetahui sesuatu berdasarkan khayalan dan tebakan semata.
Manusia yang kebanyakan ilmunya didapatkan dari pengalaman dan menjalani uji coba dan juga ilmu yang ditemukannya akan berubah seiring waktu menuju kesempurnaan, tidak akan mampu untuk memahami dalamnya Allah Yang Maha Berilmu dan ilmu para Nabi as.
Itu semua karena bagi Allah swt dan para Nabi-Nya, alam semesta merupakan sesuatu yang jelas sehingga tidak ada lagi hal-hal majhul yang tersembunyi yang belum mereka ketahui. Berbeda dengan manusia yang terbatas, ketika manusia mengetahui satu hal tentang dunia ini maka sesungguhnya masih sangat banyak lagi di alam semesta ini yang belum manusia ketahui. Selain itu, kadang manusia juga hanya mengetahui sesuatu berdasarkan khayalan dan tebakan semata.
Akan tetapi, bagaimanapun juga Islam begitu sangat menghargai atas apa-apa yang ditemukan oleh para ilmuwan sejauh ini. Namun kalau seandainya manusia berharap untuk mengetahui hakikat dan kedalaman hakikat dari hukum-hukum agama yang bersinar dari segala sisi maka itu semua merupakan sesuatu yang begitu sangat sulit.
Seakan-akan agama akan berkata pada akal seperti ini;
“Wahai manusia! Kalian itu terbatas dan kalian merupakan “akibat”. Sesuatu yang terbatas tidak bisa memahami yang tidak terbatas dan derajat “akibat” itu lebih rendah dari pada “sebab”, apalagi jika kalian ingin memahami “Sebab” dari segala “sebab” (Yaitu memahami Allah swt). Selain itu majhulaat kalian itu lebih banyak dibanding maklumat kalian.[1] Kalian yang lemah dalam mengetahui hal-hal yang ada di bumi secara sempurna, bagaimana kalian ingin menjadikan kalian sejajar dengan Dzat yang untuk-Nya sudah jelas bukan hanya hal-hal yang ada di alam semesta akan tetapi hal-hal yang ada di alam ghaib juga.”
Maka dari itu jika Allah swt melalui perantara para Nabi-Nya tidak menjelaskan makna dan hikmah dibalik hukum-hukum-Nya, maka manusia tidak akan pernah mampu mengetahuinya.
[1] Yakni apa yang manusia tidak ketahui itu lebih banyak dibanding apa yang manusia ketahui.