PurnaWarta — Faktanya Islam memandang dunia bukan sebagai tempat tujuan terakhir dan hanya sebagai tempat tinggal sementara saja. Sebaliknya Islam menganggap bahwa orang yang zuhud terhadap dunia merupakan sebuah tanda kesempurnaan dan kebahagiaan hakiki seseorang.
Dan pernyataan bahwa dunia adalah bukan sesuatu yang mandiri dan hanya sebuah mukadamah (pendahuluan) merupakan sesuatu yang benar dan sesuai dengan ajaran agama Islam. Lebih jelasnya dunia hanya sebatas tempat pendahuluan untuk sampai pada kehidupan abadi di akhirat atau dalam tabir riwayat dikatakan bahwa dunia itu sebentar dan perantara untuk kehidupan abadi.
Selain itu dunia dilaknat dengan kata fana dan sesuatu yang akan rusak sehingga dunia di misalkan dengan sebuah benih tumbuhan yang tumbuh dari tanah kemudian menjadi kuning terus menjadi kering. Pernyataan di atas terkandung dalam ajaran al-quran dan riwayat-riwayat dari para Imam maksum as yakni tidak ada keraguan dalam pernyataan ini.
Akan tetapi terdapat kesalahan penafsiran akan dunia yang mana hal ini membuat masyarakat muslim menjadi masyarakat yang tertinggal dari agama lainnya dalam hal keduniaan, baik itu pengetahuan sains, ekonomi, atau hal yang laiinya.
Memang merupakan sesuatu yang sangat disayangkan jika ada yang menafsirkan bahwa Islam menasihatkan umatnya untuk meninggalkan dan menjauhi hal-hal duniawai dengan kebaikan-kebaikan dan kenikmatan-kenikmatannya.
Maka dari itu makalah ini hadir untuk menjelaskan bahwa sesungguhnya penafsiran mengenai dunia di atas itu adalah keliru. Lebih jelasnya adalah keliru jika seorang muslim tidak boleh merasakan kenikmatan dunia yang halal dan juga tidak boleh mendapatkan dunia (harta serta ilmu) dengan cara halal dan ilmu yang bermanfaat. Hal ini akan kita bahas di bawah ini seusai dengan pembahasan ayat serta riwayat.