PurnaWarta — Orang yang ria adalah orang yang mempunyai syirik tersembuyi karena ia beribadah bukan untuk Allah swt melainkan untuk selain-Nya.
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ ساهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُراؤُنَ (6) وَ يَمْنَعُونَ الْماعُونَ (7)
“Maka celakalah orang yang shalat (4) (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya (5) yang berbuat ria (6) dan enggan (memberikan) bantuan.” (Surah Al-Maun, ayat 4-7)
Ia beribadah untuk Allah dan selain Allah.[1] Misalnya orang yang melaksanakan shalat atau ibadah yang lainnya supaya orang lain melihatnya lalu memuji dirinya.
Salah satu penyebab orang mempunyai ria adalah tidak adanya perhatian terhadap hari kiamat dan pahala serta ganjaran Allah swt. kalau tidak demikian bagaimana bisa seorang insan melepaskan begitu saja pahala dan ganjaran Ilahi dan pergi menuju kesenangan sesama manusia?! [2]
Para pembaca yang budiman sekarang kita tahu bahwasanya ria adalah salah satu dari sifat tercela. Dalam al-Quran Allah memanggil mereka dengan orang-orang yang celaka. Siapa sih diantara kita yang ingin menjadi orang celaka? Pasti kita tidak mau menjadi orang yang celaka. Maka dari itu kita harus menjauhi dan mendidik diri kita senantiasa agar sifat ria tidak menjelma dalam diri kita.
Untuk mengenal lebih lanjut sifat ria, alangkah lebih baik kita membaca dan memahami sebuah hadits dari Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib as, beliau berkata;
لِلْمُرَائِي ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ يَنْشَطُ إِذَا كَانَ عِنْدَ النَّاسِ وَ يَكْسَلُ إِذَا كَانَ وَحْدَهُ وَ يُحِبُّ أَنْ يُحْمَدَ فِي جَمِيعِ أُمُورِه
“Ciri-ciri orang ria itu ada tiga; Ketika di tengah-tengah masyarakat (beramal) dengan penuh semangat dan sukacita. Ketika sendiri (beramal) dengan malas-malasan. Ia ingin mendapatkan pujian dalam semua pekerjaannya.”[3]
Dari hadits ini kita memahami tolak ukur dari ria. Sungguh apabila kita merujuk pada perkataan-perkataan Imam Maksum maka semua permasalahan menjadi jelas adanya. Salah satunya adalah tolak ukur dari ria.
Selanjutnya untuk menghindari sifat ria, Nabi saw bersabda;
قَالَ ص إِنَ الْمُرَائِيَ يُنَادَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَا فَاجِرُ يَا غَادِرُ يَا مُرَائِي ضَلَّ عَمَلُكَ وَ بَطَلَ أَجْرُكَ اذْهَبْ فَخُذْ أَجْرَكَ مِمَّنْ كُنْتَ تَعْمَلُ لَه
Nabi saw bersabda, “Di hari kiamat, orang-orang ria dipanggil: Hai orang yang hancur, Hai orang yang tertipu, Hai orang yang ria! Amalmu telah hancur dan pahalamu telah hilang. Pergilah, ambil pahalamu dari orang yang engkau beramal (beribadah) untuknya.”[4]
Celakalah bagi mereka yang mempunyai ria. Di hari kiamat yang mana pada wkatu itu tidak ada yang lebih berguna dari amal baik, akan tetapi mereka harus kehilangan amal mereka. Karena mereka beribadah bukan untuk Allah swt melainnkan untuk selain-Nya.
[1] Dars Nomeh Ahklak, hal 38.
[2] Tafsir Nemuneh, jild 27, hal 361.
[3] Man La Yahduruhu Al-Faqih, jild 4, hal 361.
[4] Biharul Anwar, jilid 69, hal 303.