Bulan Maulid, Momentum Persatuan Islam

Purna Warta – Sosok mulia Nabi Muhammad Saw merupakan poros interaksi umat Islam dan faktor pemersatu mereka di sepanjang sejarah. Mengingat keyakinan umat Islam terhadap figur Rasulullah Saw dibarengi dengan rasa cinta dan kasih sayang, maka kehadiran beliau telah menjadi poros magnet segenap umat manusia. Sebenarnya, pusat magnet tersebut merupakan salah satu alasan pertalian hati Muslim dan kedekatan mazhab-mazhab Islam satu sama lain. Oleh karena itu, Iran menetapkan rentang waktu antara tanggal 12-17 Rabiul Awal sebagai Pekan Persatuan Islam, yang berpijak pada perbedaan riwayat tentang kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Kaum Muslim berusaha membangun persaudaraan di antara sesama mereka sehingga dunia Islam dapat mencapai kemajuan dan kejayaan di bawah panji persatuan. Salah satu perintah Tuhan kepada kaum Muslim adalah menjaga persatuan dan kesatuan. Dalam surat Ali Imran ayat 103, Allah Swt berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.”

Kaum Muslim berusaha membangun persaudaraan di antara sesama mereka sehingga dunia Islam dapat mencapai kemajuan dan kejayaan di bawah panji persatuan. Salah satu perintah Tuhan kepada kaum Muslim adalah menjaga persatuan dan kesatuan. Dalam surat Ali Imran ayat 103, Allah Swt berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.

Persatuan umat termasuk di antara prinsip-prinsip penting yang diakui urgensitasnya oleh para cendekiawan Islam di sepanjang sejarah. Pada dasarnya, salah satu tema penting sirah dan sunnah Nabawi dan Ahlul Bait as adalah membangun persatuan Islam. Masalah itu dan langkah-langkah untuk merealisasikannya telah menjadi tantangan utama bagi para ulama di tengah percaturan global.

Kaum Muslim dunia – baik Syiah maupun Sunni – meyakini keesaan Tuhan, risalah Nabi Muhammad Saw, al-Quran, dan hari kiamat. Mereka semua menunaikan shalat ke arah kiblat yang sama, berpuasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan, menunaikan haji pada waktu yang telah ditetapkan, dan juga bersama-sama membayar zakat. Meskipun ada banyak sisi kesamaan dalam prinsip-prinsip agama, namun kelicikan musuh-musuh Islam dan kebodohan pihak tertentu telah melahirkan perpecahan dan konflik sektarian di tengah umat Islam.

Pekan Persatuan Islam merupakan wadah untuk mendiskusikan kondisi dunia Islam di masa lalu dan juga masa depannya dengan tetap memegang teguh tali persaudaraan dalam menghadapi musuh-musuh umat. Semangat persatuan harus mampu mengubah optimisme musuh menjadi keputusasaan.

Musuh-musuh asing di satu sisi dan anasir-anasir ekstrim dan kelompok Takfiri di sisi lain, sekarang sedang mengkampanyekan perang dan kekerasan di tengah umat Islam. Mereka agresif untuk menyebarluaskan budaya kekerasan dan menafikan pihak lain serta menaburkan benih-benih permusuhan di antara mazhab-mazhab Islam dan etnis-etnis Muslim. Jelas bahwa iklim permusuhan dan konflik akan menghambat kemajuan kaum Muslim. Oleh sebab itu, tidak ada virus yang lebih berbahaya dari virus fitnah, permusuhan, dan kekerasan di tengah umat Islam.

Salah seorang Marja’ Besar Syiah Iran, Ayatullah Nasir Makarim Shirazi mengatakan, “Masalah persatuan Muslim sekarang sangat dibutuhkan dan belum pernah ada urgensitas seperti itu dalam sejarah Islam… Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Israel, serta negara-negara sekutu mereka bersatu untuk mencegah kemajuan Islam di dunia dan menggagalkan pemerintahan Islam di berbagai wilayah khususnya di kawasan Timur Tengah.”

Dalam kondisi seperti itu dan untuk melawan proyek Islamophobia, pribadi-pribadi besar ulama dan politisi dunia Islam serta kebanyakan kaum Muslim secara spontan bangkit untuk membela Islam dan memperkenalkan kepribadian Nabi Saw, yang penuh kasih sayang. Pada November 2013, menyusul peningkatan gelombang Islamophobia dan penistaan terhadap Rasulullah Saw, para pemuda Muslim di 27 negara dunia, membagikan empat ribu bunga mawar putih kepada masyarakat. Pemilihan warna putih itu adalah untuk menunjukkan perdamaian, ketulusan, dan kasih sayang yang semuanya merupakan sifat paling menonjol dalam diri Rasulullah Saw.

Para pemuda Muslim itu berpendapat bahwa pesan hakiki Rasulullah Saw untuk memperkenalkan wajah sejati Islam kepada masyarakat, bukan Islam yang digambarkan oleh media massa Barat dan bukan pula mengaitkannya dengan kelompok minoritas Al Qaeda yang justru mencoreng citra Islam. Seorang penulis dan penyair, Riad Malouf berkata, “Muhammad, wahai ayah Fathimah, kami mencintai dan menghormatimu. Ajaran adalah pesan keadilan, persatuan, kebenaran, dan hikmah meskipun aku bukan dari pengikut agamamu, lonceng-lonceng gereja kami berdenting menyahut suara azan dan menyerukan gema pertalian hati, kasih sayang, dan persaudaraanmu.”

Sekarang, hanya sedikit orang yang tidak tahu bahwa Muhammad Saw adalah pembawa ajaran tauhid dan penyeru persatuan. Beliau merangkul semua manusia di bawah panji tauhid dan setelah menanggung semua penderitaan serta dengan perilaku mulia, Rasulullah Saw mampu mewujudkan persaudaraan dan persatuan di antara suku-suku Arab Jahiliyah, yang saling bermusuhan dan menumpahkan darah. Di bawah panji persatuan Islam, Rasul Saw membangun peradaban baru dan masyarakat teladan.

Perbedaan tentu saja akan selalu ada di tengah umat manusia. Akan tetapi, perbedaan pandangan itu jangan sampai berujung pada perdebatan liar, konflik, dan perang. Perbedaan kepentingan antara manusia dan suku bangsa memiliki akar sejarah, politik, ekonomi, dan budaya. Namun, persatuan dan kerjasama merupakan sebuah perkara fitrah dan alamiah serta bersumber dari sifat sosial manusia. Oleh karena itu, persatuan Islam adalah pertalian hati manusia dan tidak butuh pada faktor-faktor materi untuk mewujudkannya, sebab bersumber dari iman kepada tauhid dan hari kebangkitan. Akan tetapi, persatuan yang dibangun atas dasar kepentingan politik, etnis, dan geografis, tidak bisa disebut sebagai persatuan hakiki, karena ia tidak akan abadi.

Pesan persamaan dan keadilan yang dibawa oleh Rasulullah Saw merupakan metode yang sangat efektif untuk memperkokoh persatuan Islam. Beliau bangkit melawan rasisme dan diskriminatif demi merintis persatuan umat Islam. Seruan Rasul Saw kepada ajaran tauhid dan rasa persamaan, telah menghapus nilai-nilai Jahiliyah dan praktek diskriminasi. Dengan cara itu, beliau berhasil membangun persaudaraan dan mengajak mereka kepada agama Islam.

Rasul Saw mengangkat orang-orang seperti, Zaid bin Harithah – seorang budak – sebagai panglima pasukan Islam, dan Bilal al-Habsyi – budak berkulit hitam – sebagai juru azan Nabi, serta memuliakan Salman al-Farisi dari Persia. Dengan cara itu, Rasulullah Saw melawan praktek diskriminasi dan nepotisme yang tidak tepat serta meletakkan nilai-nilai luhur di tengah masyarakat seperti, takwa. Para analis juga memandang sikap simpatik Rasulullah Saw sebagai salah satu faktor utama untuk membangun persatuan umat. Kepribadian beliau telah meredam perselisihan dan menarik individu-individu yang berjiwa bersih.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, “Satu-satunya cara bagi umat Islam untuk mencapai kemuliaan, keagungan sejati, dan kebahagiaan hakiki adalah mengambil pelajaran dari dimensi dan kepribadian Rasulullah Saw.” Menurut beliau, Rasul Saw adalah manifestasi dari ilmu pengetahuan, amanah, keadilan, akhlak mulia, dan rahmat.

Mayoritas Ahlu Sunnah meyakini bahwa Rasulullah Saw lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah yang bertepatan dengan tahun 570 Masehi. Sementara kebanyakan Syiah berpendapat bahwa hari ke-17 Rabiul Awal adalah hari kelahiran Nabi Saw. Perbedaan pendapat mengenai hari kelahiran Rasulullah Saw dijadikan peluang oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Imam Khomeini ra untuk memprakarsai penamaan hari-hari antara 12 dan 17 Rabiul Awal sebagai Pekan Persatuan Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *