Purna Warta — Waktu salat telah tiba. Seperti biasa, Rasulullah saw pergi ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah dan para sahabat pun telah menunggu beliau di sana.
Namun di tengah perjalanan Nabi menuju ke masjid, ada seorang Yahudi yang menghalangi beliau dan ia berkata, “Kenapa engkau tak membayar hutangmu! Aku ingin sekarang dan di tempat ini, kau bayar hutangmu padaku!”
“Pertama, aku tak punya hutang kepadamu. Dan kedua, kalau memang dirimu sendiri yang menganggap bahwa aku punya hutang kepadamu, izinkan aku untuk melaksanakan salat terlebih dahulu dan setelah itu kita berbicara kembali, karena sekarang waktu salat dan sekarang aku tidak membawa uang untuk dibayarkan kepadamu.” Jawab Rasul dengan ramah dan tenang.
Namun Yahudi tersebut tidak memberikan jalan kepada beliau. Malah dia berkata dengan kasar, “Selangkah pun aku tak akan beranjak dari sini.”
Walaupun Nabi saw dengan penuh kasih sayang dan santun berkata kepadanya, tapi Yahudi tersebut justru tambah kasar kepada beliau dan ia mengambil serban Nabi lalu ia berputar dan melilitkannya pada leher suci beliau. Sampai-sampai leher beliau memerah karenanya.
Akhirnya beberapa sahabat memutuskan untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan Nabi sehingga beliau sampai sekarang belum tiba di masjid. Tatkala mereka melihat Nabi sedang diganggu oleh seorang Yahudi maka mereka menahan Yahudi tersebut dan hendak menyiksanya.
Namun Nabi saw bersabda, “Jangan lakukan hal itu. Aku sendiri mengetahui apa yang harus aku lakukan pada temanku. Kalian tidak mempunyai hak untuk memukulnya.”
Begitu santunnya Nabi berkata kepada Yahudi, sehingga ia (Yahudi) sendiri berkata dalam hatinya, “Sudah jelas, seorang pria dengan semua kekuatan yang ia punya, begitu tawadhu, pemaaf, dan pengampun, kalau bukan ia adalah seorang Utusan Allah, lalu siapa lagi.” Maka dari itu, Yahudi tersebut menundukan kepada dan mengucapkan dua kalimah syahadat.
اشهد ان لا اله الا الله و اشهد انک رسول الله
Baca juga: Kisah Teladan Sayidah Fathimah Az-Zahra di Hari Pernikahannya