Bahaya Sifat Hasad Menurut Al-Quran

Membaca Al-Qur'an hari

وَ اتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبا قُرْباناً فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِما وَ لَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قالَ إِنَّما يَتَقَبَّلُ

اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقينَ (27)

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.

Purna Warta — Ayat ini menceritakan tentang anak-anak Nabi Adam as dan terjadinya sifat hasad. Hasad bisa membuat seseorang membunuh orang lain, walaupun orang lain itu adalah saudaranya sendiri. Dan setelah ia sadar bahwa ia adalah seorang pembunuh saudaranya sendiri, ia merasakan penyesalan dan penyesalan ini pun tak ada artinya.

Makna ayat ini juga berhubungan dengan perkataan ayat sebelumnya yaitu dengan hasadlah yang menjadikan seseorang untuk memaksa yang lain dan hasad pulalah yang membuat saudara membunuh suadara yang lain. dan setelah itu orang yang hasad akan masuk neraka dan tak ada jalan yang bisa menolongnya. Jadi kisah ini adalah sebuah kisah yang penting bagi mereka yang suka mengambil pelajaran dan ibrah.

Kalimat tilawah yang hadir dengan fiil Amr dari asal kata ta- lam-wawu bermakna bahwa terjadinya sesuatu untuk sesuatu yang lain.

maksud dari “Adam” dalam ayat ini adalah seseorang dari kalangan manusia. Namun sebagian mufasir mengatakan bahwa “Adam” di sini bermakna seorang pria dari Bani Israil yang mempunyai dua orang anak yang mana Tuhan memerintahkan dua anak ini untuk berkurban yang pada akhirnya salah satu dari mereka, dikarenakan hasad, membunuh satu lainnya. Dan anak yang membunuh bernama Qabil dan yang terbunuh bernama Habil. Adapun alasan dari penafsiran seperti ini adalah ayat di bawahnya,” مِنْ أَجْلِ ذلِكَ كَتَبْنا عَلى‏ بَنِي إِسْرائِيلَ”

Namun pendapat ini tidak bisa diterima dengan tiga alasan.

  1. Dalam sepanjang sejarah, tidak ditemukan seseorang bernama Adam, selain Nabi Adam as. Dan kalau seandainya ada orang lain bernama Adam maka seharusnya Al-Qur’an memberikan tanda yang lain supaya para pendengar kisah tidak kebingungan.
  2. Yang kedua adalah ciri-ciri khusus yang ada dalam ayat ini, tidak ditemukan kecuali pada Nabi Adam as. Salah satu cirinya ialah pembunuh tidak mengetahui apa yang harus dilakukan ketika telah membunuh seseorang. Dari hal ini diketahi bahwa pembunuh adalah orang yang pertama melihat seseorang mati sehingga ia tidak tahu harus berbuat apa.
  3. Yang ketiga adalah bahwa hukum pembunuhan tidak terkhusus untuk Bani Israil saja, melainkan hukum untuk seluruh manusia. Siapa saja yang membunuh seorang manusia, maka ia sama saja dengan membunuh manusia lainnya, baik itu Israil maupun non Israil. Maka kalau seandainya ayat ini dikaitkan denga seseorang dari Bani Israil yang bernama Adam, maka makna apa yang akan diberikan pada ayat ini.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *