Sana’a, Purna Warta – Sebuah situs berita yang dekat dengan sumber Amerika dan Israel melaporkan bahwa serangan tentara Yaman telah membuat perjalanan kapal Israel menjadi lebih lama dan mahal.
Dalam laporan Jumat pagi ini, situs Axios mengutip tentara Israel, menulis bahwa sejak awal perang di Gaza, tentara Yaman telah menembakkan lebih dari 70 drone dan rudal balistik ke Israel.
Baca Juga : Hamas: Serangan Yaman adalah Pesan Penting Bagi Barat
Dengan memberitakan berita ini, media ini mengklaim bahwa hampir semua rudal dan drone tersebut dicegat oleh sistem pertahanan Israel, Amerika, Prancis, dan Arab Saudi.
Meskipun demikian, serangan-serangan ini telah sepenuhnya menghentikan masuknya kapal komersial ke pelabuhan Eilat. Axios menulis: “Sebagai akibat dari serangan-serangan ini, masuknya kapal-kapal komersial ke pelabuhan Eilat di Israel selatan hampir terhenti sepenuhnya.”
Menurut laporan tersebut, saat ini kapal-kapal dari Asia yang hendak menuju Israel harus melalui jalur yang melewati Afrika, sehingga perjalanan menjadi lebih mahal dan memakan waktu tiga minggu lebih lama.
Menurut Axios, dalam dua pekan terakhir, kapal-kapal yang hendak menuju pelabuhan lain di luar Israel harus menggunakan rute yang lebih panjang agar tidak menjadi sasaran serangan Yaman.
Dalam beberapa pekan terakhir, seiring dengan semakin intensifnya serangan Israel di Gaza, tentara Yaman juga mempersempit jalur bagi kapal-kapal Israel yang hendak melewati selat Bab Al-Mandeb di Laut Merah.
Baca Juga : Rusia Tidak Gabung Koalisi Amerika di Laut Merah
Dalam insiden terbaru terkait hal ini, Al Jazeera melaporkan pada Kamis malam, mengutip sumber Yaman, bahwa pasukan Ansarullah menyita sebuah kapal kargo yang hendak menuju Palestina yang diduduki.
Brigadir Yahya Saree, juru bicara angkatan bersenjata Yaman, pekan lalu menekankan bahwa tentara Yaman tidak akan mengizinkan kapal-kapal yang menuju Palestina yang diduduki melewati perairan Yaman, kecuali kapal-kapal tersebut membawa obat-obatan dan makanan untuk masyarakat Gaza.
Pejabat militer Yaman ini berkata: “Setiap kapal yang menuju rezim Zionis Israel akan menjadi target yang sah bagi kami. Kami memperingatkan semua kapal dan perusahaan untuk tidak berhubungan dengan pelabuhan Israel.”
Otoritas Amerika dan Israel belum mampu menemukan solusi untuk menghadapi tentara Yaman.
Situs web Axios, mengutip seorang pejabat senior Israel, mengklaim bahwa kabinet perang Netanyahu telah memutuskan untuk menahan diri memberikan tanggapan militer terhadap tindakan Ansarullah Yaman di Laut Merah terhadap kapal-kapal Israel untuk sementara waktu.
Menurut pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya ini, Tel Aviv tidak ingin Ansarullah mampu mengalihkan fokus tentara Israel dari perang di Gaza.
Baca Juga : Amerika Bentuk Pasukan Multinasional Lawan Yaman
Axios juga mengklaim pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengirimkan pesan kepada Ansarullah melalui beberapa saluran dan meminta mereka berhenti menyerang kapal di Laut Merah. namun para pejabat Amerika mengakui bahwa peringatan tersebut tidak berdampak apa pun terhadap Houthi (Ansarullah) dan mereka tidak mengurangi intensitas serangan mereka.
Pembentukan koalisi angkatan laut baru adalah salah satu opsi lain yang menurut AS dan Israel dapat digunakan untuk melawan tindakan tentara Yaman.
Dua pejabat Israel dan Amerika mengklaim dalam sebuah wawancara dengan Axios bahwa Washington diperkirakan akan mengumumkan pembentukan gugus tugas maritim baru ini pada hari Jumat.
John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, pekan lalu mengklaim bahwa Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan AS sedang berusaha membujuk negara-negara untuk berpartisipasi dalam aliansi angkatan laut ini.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa gugus tugas angkatan laut tidak seharusnya mengawal kapal-kapal di Laut Merah.
Dia mengklaim bahwa memiliki lebih banyak kapal di wilayah tersebut “membuatnya lebih mudah untuk merespons ancaman.”
Baca Juga : Perdamaian di Laut Merah Tergantung Perdamaian di Gaza
Sedangkan Tentara Yaman telah memperingatkan kapal-kapal yang berpartisipasi dalam koalisi ini.
Mohammed Al-Bukhaiti, seorang pejabat Ansarullah Yaman, dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Al-Mayadeen pada hari Kamis memperingatkan bahwa Yaman akan menganggap kapal apa pun milik Angkatan Laut AS atau negara lain yang berpartisipasi dalam koalisi ini sebagai target yang sah.