Sana’a, Purna Warta – Menteri Pertahanan Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman mengatakan bahwa jika ada niat buruk dari musuh, maka tanah meraka akan menjadi sasaran. Hal ini berarti jika Arab Saudi tidak jujur, perang tidak akan terbatas hanya di wilayah Yaman.
Brigadir Jenderal Mohammad Nasser Al-Atefi, Menteri Pertahanan Pemerintah Nasional Keselamatan Yaman (Sana’a), pada hari Kamis (11/5) dalam pertemuan yang dihadiri oleh para komandan angkatan laut negara itu mengatakan bahwa karena posisi strategis Yaman, penjajah selalu berusaha untuk menyerang dan menempati negara ini sepanjang sejarah.
Baca Juga : Lavrov: Amerika Sedang Membentuk Pasukan di Suriah Gunakan Teroris
Menurut situs web Saba net, Menteri Pertahanan Yaman selanjutnya mengatakan: Namun kali ini upaya para agresor dan penjajah baru gagal dan mereka dikalahkan. Di bawah bayang-bayang tekad rakyat kita, musuh Yaman tidak dapat melanjutkan kehadiran mereka di wilayah pendudukan mereka di Yaman.
Al-Atefi, yang berbicara di kota pelabuhan Al-Hudaidah, menekankan bahwa perlawanan angkatan bersenjata Yaman dan rakyat mencegah pendudukan kota ini oleh para agresor.
Dia juga menyebut koalisi Saudi sebagai “pasukan kolonial Zionis-Amerika”.
Dia menambahkan: Dengan rahmat Allah swt, berkat kepemimpinan revolusi yang bijak, ketabahan dan keberanian para anggota angkatan bersenjata, dan dukungan dari putra-putra Yaman yang mulia dan setia yang berdiri di samping pasukan militer. Dan mereka menjadi duri di mata dan tulang di tenggorokan para agresor, musuh tidak dapat menduduki Al-Hudaidah seperti kota-kota selatan dan timur.
Di bagian lain pidatonya, Mohammad Al-Atefi berbicara tentang kekuatan tempur dan kesiapan Angkatan Laut Yaman dan mengatakan bahwa pasukan ini mampu menangkis segala ancaman dalam ukuran berapa pun dan mempertahankan pantai-pantai Yaman.
Merujuk pada kepemimpinan Sayyid Abdul Malik Al-Houthi, Menteri Pertahanan Yaman juga memuji manajemennya dalam urusan politik dan militer serta menjaga persatuan, kemerdekaan dan kebebasan Yaman.
Baca Juga : Sana’a: Perang Lima Hari Tunjukkan Kelemahan Rezim Zionis Israel
Mohammad Al-Atefi juga menyebutkan negosiasi dengan pemerintah Arab Saudi dan mengatakan: Pimpinan revolusi dan penguasa politik dan militer sepakat untuk mengadakan perundingan dengan negara-negara agresor demi meraih ridho Allah swt dan Rasul-Nya saw, berdasarkan firman Allah bahwa “Jika mereka condong untuk melakukan perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah” perundingan ini juga demi kepentingan rakyat Yaman dan untuk melengkapi argumen dengan negara-negara agresor.
Dia lebih lanjut mengatakan bahwa koalisi Saudi masih mengelak dan berbohong kepada rakyat Yaman.
Menteri Pertahanan Yaman kemudian memperingatkan pemerintah Saudi dan berkata: Jika negara agresor jujur, kami menang, dan jika mereka berbohong, kami akan menang lagi dan pertempuran di depan tidak akan pernah terbatas hanya di tanah Yaman dan akan dipindahkan ke kedalaman wilayah negara koalisi agresor.
Peringatan Al-Atafi kepada Arab Saudi tentang tidak mematuhi komitmennya dan menyatakan posisi, sementara pejabat Yaman lainnya sebelumnya menyerukan tindakan praktis Riyadh.
Dalam hal ini, Mohammed Ali Al-Houthi, anggota Dewan Politik Tertinggi Yaman, baru-baru ini mengatakan bahwa front Saudi-Amerika harus membuat kemajuan dalam negosiasi dengan langkah-langkah praktis.
Abdul Aziz Bin Habtour, Perdana Menteri Pemerintah Nasional Keselamatan Yaman, pekan lalu juga mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda pelaksanaan janji Arab Saudi dan negara ini berusaha untuk menghindari pelaksanaan kewajibannya.
Baca Juga : Atwan: Poros Perlawanan Patahkan Pengepungan Washington terhadap Damaskus
Pada tanggal 11 April, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengumumkan bahwa tim perunding Riyadh yang dipimpin oleh Mohammad Al Jaber mengadakan serangkaian pertemuan di Sana’a dan diadakan perundingan yang serius, mendalam dan transparan mengenai situasi kemanusiaan, rilis dari semua tahanan, dan tercapainya solusi politik yang komprehensif.
Setelah itu, diumumkan bahwa negosiasi putaran kedua ditunda hingga setelah Idul Fitri, dimana kita tidak menyaksikan hal semacam itu.
Seperti yang terlihat dari perkataan para pejabat Yaman, perbedaan utama antara Sana’a dan Riyadh adalah bahwa pemerintah Arab Saudi masih menentang pembayaran gaji seluruh para pegawai pemerintah Yaman (pemerintah yang berpusat di Sana’a).