Riyadh, Purna Warta – Faisal bin Farhan Al Saud, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, mengklaim di depan media bahwa Riyadh mencari jalan untuk mengakhiri perang Yaman.
Dalam sesi wawancara khusus dengan Al Arabiya, Menlu Faisal bin Farhan menjelaskan pada Jumat malam, 22/1, “Koalisi pimpinan Saudi tidak menghalangi terciptanya genjatan senjata. Tapi Ansharullah Yaman-lah yang menjadi penghalang utama genjatan senjata.”
Pernyataan ini adalah bukti akan perubahan bahasa Saudi tentang perang Yaman semenjak ditinggal pendukung setianya, Donald Trump, meskipun masih menyuntikkan opini tentang Ansharullah.
“Kami yakin jika Joe Biden menelaah dokumen-dokumen perang Yaman, dia akan melihat kecocokan dan keselarasan antara tujuan-tujuan tertulis pemerintah Saudi beserta koalisinya dengan pemerintahannya (Biden).
Karena kami semua berupaya mengakhiri perang serta mencari cara genjatan senjata secara umum dan setelah itu, kami akan menjalankan tahapan politik. Penghalang utama bukanlah koalisi, akan tetapi al-Houthi. Dan kami yakin, kami mampu menjalin hubungan dengan Amerika ke arah yang positif dan koordinasi yang sangat baik,” jelasnya.
Tak lupa dalam kesempatan ini, Menlu Faisal bin Farhan memuji kebijakan-kebijakan mantan Presiden Donald Trump bahkan membelanya dan menegaskan, “Gerakan ini (Ansharullah) memang pantas menerima balasan-balasan ini.”
Bin Farhan mengungkapkan tujuan dari kebijakan kerasnya ini dengan mengatakan, “Kami berharap Ansharullah bisa kami tarik ke jalan politik Yaman.”
Di bagian lain wawancara ini, Bin Farhan membahas syarat-syarat yang pernah diajukan Arab Saudi tentang genjatan senjata dan menyatakan, “Untuk merealisasikan genjatan senjata ini, Yaman harus menyepakati syarat-syarat logis dengan pelantara PBB ini.”
Dua bulan lagi perang Yaman akan memasuki umurnya yang ketujuh. Entah apa yang terjadi melihat situasi yang tak mendukung, gerakan Mukawamah Yaman selalu menjadi objek tuduhan. Sedangkan banyak laporan yang menuliskan warta tentang serangan udara dan darat ke warga sipil Sanaa dari pihak koalisi Saudi-Emirat bersenjatakan ampuh Barat.