Tim perunding Sana’a Keluarkan Pernyataan Tentang Gencatan Senjata

Tim perunding Sana'a Keluarkan Pernyataan Tentang Gencatan Senjata

Sana’a, Purna Warta Tim perunding Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman, dalam pernyataannya terkait gencatan senjata, menekankan bahwa negara-negara agresor tidak menginginkan perdamaian sebanyak mereka ingin menjauhkan diri dari konsekuensi perang dan serangan langsung.

Tim Perunding Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman mengeluarkan pernyataan Sabtu malam (1/10) tentang gencatan senjata di negara ini dan menekankan bahwa sejak awal gencatan senjata, Sana’a tidak melewatkan setiap kesempatan yang mungkin mengarah pada perdamaian.

Baca Juga : Presiden Raisi: Musuh Gagal dalam Rencana Mereka untuk Isolasi Iran

Saat mengutip pernyataan ini, saluran berita Al-Masirah melaporkan bahwa Yaman menahan diri selama periode gencatan senjata, dalam menghadapi pelanggaran berulang, untuk memberi lebih banyak kesempatan bagi upaya PBB dan negara-negara saudara lainnya.

Dalam pernyataan ini disebutkan: Kami tidak memiliki rencana apa pun kecuali untuk kepentingan dan hak asasi manusia serta hak hukum rakyat Yaman. Oleh karena itu, kami sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata dua kali, berharap bahwa negara-negara agresor akan menunjukkan rasa tanggung jawab atau pengertian mereka.

Dengan menyatakan bahwa setelah enam bulan gencatan senjata ini, mereka tidak melihat adanya keseriusan untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan, Tim Perunding Yaman menjelaskan: Sangat disayangkan, kini menjadi jelas bahwa setelah negara-negara agresor kehilangan semua kartu mereka, mereka tidak punya pilihan selain menargetkan mata pencaharian rakyat Yaman dan melihatnya sebagai alat termudah untuk membuat rakyat Yaman bertekuk lutut.

Tim Perunding Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman lebih lanjut menekankan: Negara-negara agresor tidak menginginkan perdamaian sebanyak mereka ingin menjauhkan diri dari konsekuensi perang dan serangan langsung. Kami tidak membuat tuntutan apapun di luar kerangka hak-hak warga Yaman, termasuk ketaatan pada kesetaraan dalam pembayaran gaji, yang dibuat dari pendapatan negara seperti minyak mentah dan gas.

Baca Juga : Ketakutan Saudi atas Tidak Diperpanjangnya Gencatan Senjata Yaman

Dalam pernyataan ini, menunjukkan bahwa koalisi agresor telah membawa perang ke bidang ekonomi.

Ditekankan juga bahwa mengenai pembukaan kembali jalan-jalan di Taiz dan provinsi-provinsi lainnya, pada periode pertama gencatan senjata, kami membentuk komite, tetapi pihak musuh menentang peninjauan kembali pembukaan jalan-jalan di semua provinsi dan kemudian menargetkan komite ini.

Tim Perunding ini menyatakan bahwa pelanggaran berulang terhadap gencatan senjata oleh koalisi agresor telah menyebabkan terbunuhnya puluhan orang Yaman, terutama di daerah-daerah yang berbatasan dengan Arab Saudi, Tim Perunding ini juga menginformasikan tentang pertukaran tahanan yang dalam hal ini pihak musuh hanya fokus tentang pembebasan tahanan asal Saudi dan beberapa pemimpin.

Sambil menekankan hak rakyat negara ini dalam mempertahankan hak mereka dan menghadapi agresi dan blokade, tim perunding Yaman menganggap negara-negara agresor bertanggung jawab atas kebuntuan dalam kesepakatan-kesepakatan yang ada.

Sementara itu, Hisham Sharaf, Menteri Luar Negeri Yaman, menjamu Hans Grandberg, utusan khusus PBB untuk urusan Yaman, pada Kamis lalu (29/9). Dalam pertemuan ini, Sharaf mengatakan bahwa memperpanjang gencatan senjata tanpa mempertimbangkan kebutuhan mendesak warga Yaman berarti kita akan memasukkan Yaman ke dalam tahap kematian klinis.

Baca Juga : Elemen-Elemen PKK menuju Turki dari Suriah dengan Paramotor

Gencatan senjata dua bulan di Yaman dimulai pada 2 April tahun ini; Tetapi pada tanggal 2 Juni utusan PBB mengumumkan bahwa pihak-pihak yang bertikai di Yaman menyetujui persyaratan yang sama dengan perjanjian awal, dan bahwa gencatan senjata diperpanjang untuk dua bulan lagi dan kemudian diperpanjang lagi hingga 2 Oktober.

Selama periode ini, pemerintah Sana’a telah menyetujui gencatan senjata dengan tujuan untuk mengurangi penderitaan rakyat Yaman. Akantetapi koalisi Saudi terus memblokade Yaman dan melanggar gencatan senjata setiap hari dengan serangan-serangannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *