Sana’a, Purna Warta – Perdana Menteri Pemerintah Keselamatan Nasional Sana’a mengatakan bahwa menerima undangan Dewan Kerjasama Teluk untuk pertemuan perdamaian di Riyadh tergantung pada langkah koalisi agresi.
Bereaksi terhadap pernyataan yang dibuat oleh pejabat Dewan Kerjasama Teluk (GCC) tentang mengadakan pertemuan berkenaan dengan Yaman, Perdana Menteri Yaman Abdul Aziz bin Habtour mengatakan bahwa Sana’a telah menentukan tiga langkah untuk menerima undangan Dewan Kerjasama Teluk ke pertemuan pembicaraan tersebut.
Baca Juga : Ledakan di Sekitar Pangkalan AS di Pinggiran Deir ez-Zor
Bin Habtour menyebut Riyadh sebagai “ibu kota agresi” dan menyebut undangan Dewan Kerjasama Teluk dari pihak-pihak yang terlibat di Yaman sebagai upaya untuk menggambarkan Arab Saudi sebagai merpati perdamaian dan tanpa kejahatan dan pembunuhan terhadap rakyat Yaman selama tujuh tahun.
Dia menambahkan: Bagaimana bisa negara yang menjadi pelaku utama (Koalisi Agresor) dalam membunuh rakyat Yaman dan melakukan kejahatan paling keji terhadap mereka, (memposisikan dirinya) seperti negara netral yang berupaya memisahkan pihak-pihak yang terlibat konflik?
Baca Juga : Bashar al-Assad: Barat telah Ubah Dunia Jadi Hutan
Perdana Menteri Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman menguraikan tiga langkah untuk mulai menyelesaikan krisis yang ada, dan mengatakan: Siapa pun yang menginginkan jalan keluar maka harus menghentikan agresi, mengakhiri pengepungan, membuka semua perlintasan darat, laut dan udara, dan kemudian masuk ke dalam dialog yang memakan waktu dan mengarah pada identifikasi langkah-langkah perdamaian yang dicari oleh rakyat Yaman.