Sana’a, Purna Warta – Situasi kemanusiaan di Yaman, khususnya di Al-Hudaidah, semakin parah setiap hari akibat pengepungan, dan hingga saat ini lebih dari 5 ribu orang tewas atau terluka, dan lebih dari 60 ribu rumah di provinsi ini hancur total.
Sementara itu, ratusan perusahaan, pabrik, dan universitas ditutup karena agresi dan pengepungan musuh, yang berdampak negatif pada pendapatan masyarakat.
Baca Juga : Amerika Bantah Upaya untuk Membuat Zona Penyangga Irak – Suriah
Berlanjutnya situasi perang atau perdamaian dan kurangnya kemajuan dalam kasus kemanusiaan menyebabkan kepemimpinan Yaman mengancam kepala koalisi agresor dan para pendukung mereka untuk memenuhi tuntutan kemanusiaan secepat mungkin atau situasi akan kembali seperti sebelum gencatan senjata.
Sementara itu, delegasi Kesultanan Oman telah tiba di Sana’a untuk menangani situasi kemanusiaan.
Para ahli percaya bahwa berlanjutnya permusuhan antara Amerika Serikat dan Inggris telah menyebabkan kegagalan untuk membuat kemajuan dalam kasus kemanusiaan ini.
Baca Juga : Pernyataan Aneh Kepala dewan Kepresidenan di Yaman Timur
Arab Saudi, yang memimpin koalisi Arab dan di bawah dukungan dan perintah Amerika Serikat dan dengan keberpihakan Perserikatan Bangsa-Bangsa, sejak 26 Maret 2015, dalam upaya mengembalikan presiden Yaman yang telah mengundurkan diri ke tampuk kekuasaan, telah melakukan agresi militer terhadap Yaman dan memblokade negara itu melalui darat, udara dan laut.
Agresi militer ini tidak mencapai satu pun tujuan koalisi agresor Saudi dan hanya menyebabkan puluhan ribuan warga Yaman tewas dan terbunuh, mengakibatkan pengungsian jutaan warga, penghancuran infrastruktur negara, penyebaran kelaparan dan penyakit menular serta menyebabkan paceklik.
Baca Juga : Seorang Warga Sipil Tewas Akibat Serangan Artileri Arab Saudi
Selama lebih dari delapan tahun, Yaman telah menyaksikan perang berkelanjutan antara angkatan bersenjata dan Komite Rakyat Yaman melawan pasukan koalisi agresor Saudi, yang konsekuensinya tercermin dalam berbagai dimensi dan menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah menjadi krisis kemanusiaan terburuk di dunia.