Sana’a, Purna Warta – Pemerintah Saudi, setelah tujuh tahun memaksakan perang dan pengepungan terhadap rakyat Yaman, telah memberlakukan banyak hambatan dan pembatasan pada hari-hari ketika warga Yaman bersiap untuk berangkat haji, sehingga menyebabkan jemaah haji Yaman yang tertindas tidak dapat memenuhi kewajiban ilahi ini.
Menurut situs berita Lebanon Al-Ahed pada hari Minggu (26/6), kepala Organisasi Haji dan Umrah di Yaman, Abdul Rahman al-Nami, mengungkapkan bahwa rezim Saudi hanya mengizinkan 11.000 orang warga Yaman untuk melakukan ibadah haji tahun ini, tentu saja, asalkan mereka bisa berhasil mengatasi berbagai kondisi dan rintangan yang menghadang.
Baca Juga : Yaman: Stok Senjata Strategis Cukup untuk Beberapa Dekade
Mengacu pada kendala tersebut, Al-Nami mengatakan: Pemohon haji harus berusia di bawah 65 tahun dan memiliki paspor yang diterbitkan di kota Aden. Ini berarti bahwa hanya penduduk wilayah Yaman yang saat ini diduduki oleh pasukan koalisi Saudi, yang dapat menghadiri haji tahun ini dan orang Yaman lainnya telah kehilangan hak ilahi ini.
Juga, biaya haji telah meningkat seratus persen dan mencapai setidaknya 16.000 Rial Saudi, setara dengan 4.000 dolar.
Di sisi lain, Walid Al-Wadei, kepala Lembaga Pengorganisasian Transportasi Darat, mengatakan: Kami menuntut agar penyeberangan-penyebrangan dibuka untuk para peziarah, tetapi koalisi agresor menentang permintaan kami dan memaksa mereka melakukan perjalanan darat dari sembilan provinsi Yaman.
Dia menambahkan: Bahkan, jemaah haji Yaman harus menempuh jarak 1.500 kilometer, lebih jauh daripada jalan yang diusulkan (oleh Yaman), yang panjangnya tidak melebihi 513 kilometer dan beberapa di antaranya hanya sepanjang 287 kilometer.
Baca Juga : Belgia Berupaya Akui Administrasi Otonomi Suriah Utara dan Timur
Adapun Khalid Al-Shayef, direktur Bandara Internasional Sana’a, mengatakan: Sebelum perang, hanya dari Bandara Internasional Sana’a saja 10.000 jemaah haji Yaman dapat melakukan perjalanan haji. Namun dalam beberapa tahun terakhir, isu pemindahan jemaah haji melalui bandara ini sama sekali tidak diangkat karena koalisi agresor bersikeras menutup bandara ini, bahkan dalam kasus kemanusiaan.
Arab Saudi melancarkan serangan besar-besaran terhadap Yaman, negara termiskin di dunia Arab, sejak 26 Maret 2015, dalam bentuk koalisi beberapa negara Arab, termasuk UEA, dengan bantuan dan lampu hijau Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel.