Sana’a, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman mengatakan bahwa memperpanjang gencatan senjata tanpa mempertimbangkan kebutuhan mendesak warga Yaman berarti memasukkan Yaman ke dalam tahap kematian klinis.
Hisham Sharaf, Menteri Luar Negeri Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman, menjamu Hans Grandberg, Utusan Khusus PBB untuk Urusan Yaman, Kamis malam (29/9).
Baca Juga : Tersangka Utama Ledakan Nord Stream
Kantor berita resmi Yaman (Saba) melaporkan bahwa, dalam pertemuan ini, upaya PBB untuk memperpanjang gencatan senjata saat ini sedang ditinjau, yang dilakukan dalam rangka memberikan kondisi dan suasana yang tepat untuk solusi politik yang komprehensif untuk krisis Yaman dan perdamaian berkelanjutan.
Menteri Luar Negeri Yaman mengatakan bahwa sikap Dewan Politik Tertinggi negara ini tentang gencatan senjata tidak memiliki ambiguitas, dan apa yang diinginkan Sana’a tidak dapat dianggap sebagai prasyarat, tetapi hanya tuntutan kemanusiaan.
Dengan menyatakan bahwa jika pihak lain serius untuk mengakhiri perang dan menghapus blokade komprehensifnya, tuntutan tersebut tidak boleh menjadi titik perselisihan atau negosiasi, dia menerangkan bahwa gencatan senjata adalah kesempatan nyata untuk membangun kepercayaan di antara para pihak, menyelesaikan langkah-langkah membangun kepercayaan dan mempersiapkan negosiasi nyata untuk memecahkan masalah warga Yaman.
Hisham menjelaskan bahwa memperpanjang gencatan senjata tanpa memperhitungkan dimensi dan kebutuhan mendesak warga Yaman maka itu memiliki arti bahwa karena upaya pihak lain untuk mengabaikan gencatan senjata dan menciptakan situasi “tidak ada perang, tidak ada perdamaian”, kita akan memasukkan Yaman ke dalam tahap kematian klinis.
Baca Juga : Iran: Kelompok Teroris Ancaman Serius Bagi Afghanistan dan Komunitas Internasional
Dengan menjelaskan bahwa menerima gaji dan bepergian dari bandara-bandara Yaman tanpa adanya syarat adalah salah satu hak paling sederhana bagi warga Yaman, dia mengatakan bahwa tidak adanya penyitaan koalisi Saudi terhadap kapal-kapal yang membawa produk minyak Yaman adalah salah satu hak lain bangsa Yaman.
Grandberg juga mengklaim bahwa PBB akan melakukan yang terbaik untuk mengakhiri perang, mencabut blokade dan membawa semua pihak ke dalam pembicaraan damai yang sesungguhnya.
Patut disebutkan bahwa dengan mempertimbangkan komplikasi dan hambatan dalam proses gencatan senjata, terutama keterlambatan koalisi Saudi dalam melaksanakan komitmennya dan blokade Yaman yang terus berlanjut, Sana’a sampai pada kesimpulan bahwa pihak lain tidak serius untuk mencapai perdamaian.
Sana’a menganggap keberhasilan gencatan senjata tergantung pada penyediaan jaminan yang diperlukan oleh pihak lain untuk pelaksanaan ketentuannya. Dan Sana’a meyakini bahwa Riyadh dan sekutunya bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang disebabkan oleh tidak menerima tuntutan-tuntutan rakyat Yaman.
Baca Juga : Warga Iran Tolak Kerusuhan yang Didukung Asing