Rincian Baru dari Perundingan Gencatan Senjata di Yaman

Rincian Baru dari Perundingan Gencatan Senjata di Yaman

Sana’a, Purna Warta Dalam sebuah wawancara dengan jaringan Al-Mayadeen, seorang diplomat menyatakan bahwa ada banyak tekanan internasional terhadap Sana’a untuk mengizinkan dimulainya kembali ekspor minyak Yaman, dan juga mengatakan bahwa dengan berlanjutnya penangguhan operasi militer lintas batas di Yaman, koalisi Saudi bersikeras akan gangguannya.

Dalam sebuah wawancara dengan jaringan Al-Mayadeen pada Rabu malam (11/1) diplomat tersebut mengumumkan rincian baru dari perundingan antara mediator Oman dan otoritas Sana’a.

Baca Juga : Kelanjutan Serangan Koalisi Agresor Saudi di Al-Hudaidah Yaman

Diplomat ini mengatakan kepada Al-Mayadeen: Ada banyak tekanan internasional terhadap Sana’a untuk mengizinkan ekspor minyak Yaman dilanjutkan. Kunjungan delegasi Oman telah berlangsung untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari dua minggu untuk melakukan mediasi guna menghentikan serangan Sanaa terhadap pelabuhan-pelabuhan minyak.

Sebelumnya, untuk mencegah pencurian minyak negara ini dan mencegah kelanjutan pencurian sumber daya alamnya oleh koalisi agresor Saudi, tentara Yaman telah memperingatkan mereka dengan meluncurkan serangan rudal di dekat kapal tanker asing yang hendak menyelundupkan sumber daya alam Yaman.

Diplomat yang namanya tidak disebutkan tersebut, menambahkan: Sana’a menegaskan persyaratannya mengenai pembayaran gaji semua pegawai pemerintah, pencabutan blokade terhadap Yaman dan pencabutan larangan penerbangan sebagai imbalan izin untuk melanjutkan produksi minyak. Mediator Oman terus berusaha mendekatkan pandangan tentang isu-isu kemanusiaan.

Dia juga menjelaskan: Upaya difokuskan pada perpanjangan gencatan senjata, sedangkan pembicaraan utusan PBB untuk mencoba mencari solusi politik itu aneh. Utusan PBB menjual ilusi kepada Yaman dengan berbicara tentang hal tak berdasar dalam dialog dan mempromosikan ilusi ini.

Diplomat ini, lebih lanjut kepada Al-Mayadeen, mengatakan: Pembayaran gaji, kebebasan bepergian dan impor produk minyak [ke Yaman] adalah hak normal, dan mencegah atau melarang hak-hak ini dan membatasinya dianggap sebagai kejahatan perang. Koalisi Saudi telah menciptakan tarik-ulur dan tawar-menawar dalam urusan militer dengan memotong gaji, memberlakukan blokade, dan larangan penerbangan.

Dia juga menyampaikan: Pembicaraan saat ini adalah tentang isu Kemanusiaan; Tetapi keras kepala Arab Saudi dalam menemukan solusi seputar masalah ini, hal itu menjadi panjang. Kelanjutan penangguhan operasi militer lintas batas di Yaman dalam kondisi berakhirnya gencatan senjata telah menyebabkan koalisi Saudi bersikeras pada gangguannya.

Baca Juga : Kelanjutan Serangan Koalisi Agresor Saudi di Al-Hudaidah Yaman

Sebelumnya, sumber-sumber Yaman melaporkan bahwa delegasi Oman telah tiba di Sana’a pada hari Selasa (10/1) sebagai mediator perundingan gencatan senjata antara koalisi Saudi dan pemerintah Sana’a.

Arab Saudi, sebagai pemimpin koalisi agresor Arab dan didukung oleh Amerika Serikat, sejak 26 Maret 2015, dengan klaim mencoba mengembalikan presiden Yaman yang mengundurkan diri ke tampuk kekuasaan, melakukan agresi militer terhadap Yaman dan memblokade negara tersebut melalui darat , udara dan laut.

Agresi militer ini tidak mencapai satu pun tujuan koalisi Saudi, dan hanya mengakibatkan kematian dan luka-luka puluhan ribu warga sipil Yaman, pengungsian jutaan warga, penghancuran infrastruktur negara, dan penyebaran kelaparan dan penyakit menular.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *