Politico: Amerika Tidak Inginkan Konflik Militer dengan Ansarullah

Politico: Amerika Tidak Inginkan Konflik Militer dengan Ansarullah

Sana’a, Purna Warta Dalam sebuah wawancara dengan Politico, para pejabat Amerika mengatakan bahwa tentara negara tersebut tidak menginginkan konflik militer dengan Ansarullah Yaman.

Sebuah pangkalan Amerika melaporkan bahwa pejabat senior pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden setuju bahwa serangan terhadap Ansarullah di Yaman adalah langkah yang salah.

Baca Juga : Survei: Lebih Sedikit Anak Muda AS yang Berencana Memilih pada Pilpres 2024

Tiga pejabat Amerika telah mengatakan kepada Politico bahwa meskipun beberapa pejabat militer Amerika Serikat menyerukan tanggapan yang lebih kuat terhadap serangan Houthi (Ansarullah) terhadap kapal-kapal di Laut Merah, para anggota senior pemerintahan Biden menganggap tindakan ke arah tersebut adalah tindakan yang salah.

Sumber yang dikutip oleh Politico mengatakan ada konsensus yang signifikan dalam pemerintahan Biden bahwa tanggapan langsung militer AS terhadap Houthi tidak masuk akal.

Politico mengklaim, meski serangan rudal dan drone terhadap tiga kapal pada hari Selasa menyebabkan kapal perang Angkatan Laut AS terlibat konflik selama beberapa jam, namun hasil penilaian pejabat intelijen Amerika adalah bahwa sasaran serangan tersebut bukanlah kapal Amerika.

Seorang pejabat militer Amerika mengklaim bahwa kapal perusak USS Mission dalam perkembangan lainnya, menembak jatuh sebuah drone yang ditembakkan oleh Houthi di Laut Merah pada Rabu pagi, dan tidak ada kerusakan pada peralatan atau pasukan Amerika.

Gerakan Ansarullah Yaman telah melakukan beberapa operasi militer terhadap kapal-kapal Israel di Laut Merah dan Laut Makran untuk mendukung perlawanan Palestina sejak serangan Israel di Gaza.

Baca Juga : Menlu Iran Desak Mesir Buka Penyeberangan Rafah Tanpa Syarat Untuk Akses Warga Gaza

Mohammad Al-Bukhaiti, anggota biro politik gerakan Ansarullah, mengatakan bahwa operasi militer pasukan Tentara Nasional Yaman hanya terhadap kapal Israel dan akan terus berlanjut hingga berakhirnya agresi terhadap Gaza.

Dia menambahkan: “Operasi militer kami di Laut Merah dan Laut Makran hanya menyasar kapal-kapal Israel. Operasi militer kami terhadap rezim pendudukan akan terus berlanjut dan diperluas sampai kejahatan rezim ini terhadap Palestina dihentikan.”

Politico menulis bahwa dalam pertemuan tingkat tinggi yang diadakan minggu ini antara pejabat Pentagon dan Presiden AS Joe Biden, Departemen Pertahanan AS tidak memberikan opsi untuk menyerang sasaran milik Houthi (Ansarullah), juga tidak membuat rekomendasi seperti itu.

Beberapa pejabat saat ini dan mantan pejabat pemerintah AS sebelumnya menuduh pemerintahan Biden tidak mengambil tindakan apa pun terhadap tindakan pasukan Ansarullah di Laut Merah.
Para pejabat ini mengklaim bahwa tindakan Ansarullah membahayakan keamanan pasukan Amerika di kawasan.

Menurut Politico, meskipun mengakui meningkatnya ancaman terhadap pasukan Amerika, para pejabat pemerintahan Biden tidak percaya bahwa Amerika Serikat harus menanggapi tindakan ini secara militer.

Pasukan Amerika percaya bahwa Houthi bermaksud menargetkan peralatan milik Israel, bukan kapal Amerika.

Baca Juga : Di Moskow, Menlu Iran Tuntut Otoritas Israel untuk Diadili atas Kejahatan Perang di Gaza

Beberapa jam sebelumnya, dalam perkembangan terkait, sebuah media Inggris mengutip dua sumber informasi melaporkan bahwa Arab Saudi telah menuntut Amerika Serikat untuk menahan diri dalam setiap kemungkinan tanggapan terhadap tindakan Houthi (Ansarullah) Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

Kantor berita Reuters melaporkan klaim ini, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, dan menulis bahwa Riyadh berupaya mencegah penyebaran konflik antara Hamas dan Israel ke beberapa titik di kawasan.

Statistik terbaru dari Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 16.200 orang menjadi martir dalam serangan brutal rezim Israel setelah operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober. Puluhan ribu orang terluka dalam serangan ini.

Pada hari Selasa, kantor informasi pemerintah di Gaza juga melaporkan bahwa sejak awal perang melawan Gaza, rezim Zionis Israel telah menghancurkan 121 kantor pusat pemerintah dan melumpuhkan 69 sekolah.

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, pada tanggal 7 Oktober 2023 sebagai tanggapan atas lebih dari tujuh dekade pendudukan terhadap Palestina dan hampir dua dekade pengepungan Gaza serta pemenjaraan dan penyiksaan ribuan warga Palestina, memulai operasi yang dikenal sebagai “Badai Al-Aqsa”.

Operasi ini adalah salah satu serangan paling mematikan terhadap rezim Zionis Israel ini. Para pejuang Hamas memasuki wilayah pendudukan di beberapa titik pagar perbatasan, menyerang desa-desa dan selain membunuh sejumlah besar warga Israel, mereka juga menangkap sejumlah dari mereka.

Baca Juga : Ketua IRGC: Israel Tidak Dapat Atasi Perang Berkepanjangan Di Jalur Gaza

Menanggapi operasi ini, rezim Zionis Israel melancarkan serangan besar-besaran dan brutal terhadap warga Gaza dan mengepung wilayah tersebut sepenuhnya.
Meskipun demikian, menurut para analis, operasi Badai Al-Aqsa telah menimbulkan kekalahan besar dalam bidang keamanan dan politik terhadap Israel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *