Sana’a, Purna Warta – Dalam pertemuan dengan Wakil menlu Rusia, tim delegasi perunding Sana’a membahas perpanjangan gencatan senjata antara pihak-pihak yang terlibat dalam perang di Yaman dan mencapai solusi damai untuk menyelesaikan situasi kemanusiaan rakyat negara ini.
Pada hari Rabu (10/8), tim perunding Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman, yang dipimpin oleh Mohammad Abdus Salam, bertemu dan berdiskusi dengan Mikhail Bogdanov, perwakilan khusus Presiden Rusia di negara-negara Timur Tengah dan Afrika dan wakil menteri luar negara ini.
Baca Juga : Diplomat Cina Salahkan AS Sebagai ‘Penghasut Utama’ Krisis Ukraina
Kedutaan Besar Rusia di Yaman mengeluarkan pernyataan dan mengumumkan bahwa dalam pertemuan yang diadakan di Moskow ini, kedua belah pihak membahas prospek mencapai solusi damai yang komprehensif untuk krisis militer-politik di Yaman, yang telah memasuki tahun kedelapan.
Menurut pernyataan ini, delegasi pemerintah Sana’a dan pejabat Rusia tersebut membahas dimulainya kembali dialog Yaman yang komprehensif di bawah pengawasan PBB dan pentingnya memperpanjang gencatan senjata yang disepakati pada 2 Agustus, serta perlu mengambil langkah-langkah yang bertujuan untuk meningkatkan situasi kemanusiaan rakyat Yaman.
Dalam pertemuan ini, Mikhail Bogdanov menekankan bahwa Moskow mempertahankan posisi tegas untuk mempertahankan kontak aktif dengan semua kekuatan politik utama di Yaman, untuk mendorong mereka meninggalkan konfrontasi bersenjata dan memulai dialog konstruktif dengan tujuan menemukan solusi damai untuk menyelesaikan masalah berdasarkan kesepakatan nasional.
Perlu dicatat bahwa delegasi Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman melakukan perjalanan ke Moskow beberapa hari yang lalu.
Pada tanggal 2 Agustus, Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengutip Hans Grandberg, utusan organisasi ini di Yaman, mengumumkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam perang Yaman setuju untuk memperpanjang gencatan senjata selama dua bulan, meskipun kelanjutan dari gencatan senjata ini tergantung pada komitmen para pihak untuk melaksanakan pasal-pasalnya.
Gencatan senjata di Yaman, yang telah berulang kali dilanggar oleh koalisi agresor Saudi, diperpanjang satu kali mengikuti perundingan PBB. Perpanjangan 2 bulan dari gencatan senjata ini berakhir pada 2 Agustus, yang kemudian diperpanjang lagi.
Berdasarkan gencatan senjata ini, semua tindakan operasi militer para pihak harus dihentikan dan koalisi Saudi – Emirat berjanji untuk membuka kembali bandara Yaman, terutama bandara Sana’a dan pelabuhan Al-Hudaidah, serta mencabut blokade terhadap Yaman.
Namun, Arab Saudi dan koalisi tetangga yang dipimpin oleh negara ini, menurut Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman, koalisi Saudi belum mematuhi komitmen mereka dan menghalangi pelaksanaan ketentuan-ketentuannya.
Baca Juga : Tembok Perbatasan Turki Menyebabkan Masalah Lingkungan Untuk Iran
Pada Kamis pagi (11/8), sumber berita melaporkan bahwa koalisi Saudi telah melanggar gencatan senjata Yaman 158 kali dalam 24 jam terakhir. Pagi ini, koalisi Saudi melanggar gencatan senjata PBB dengan melakukan penerbangan pengintaian dan penargetan di atas provinsi Ma’rib, Taiz, Jawf, Sa’dah, Al-Hudaidah, Dhalea, Hajjah dan front-front operasi di perbatasan. Pesawat pengintai bersenjata koalisi Saudi menargetkan rumah-rumah warga dan posisi pasukan tentara Yaman dan komite populer di provinsi Ma’rib, Najran dan Al-Hudaidah.
Menurut laporan ini, pasukan koalisi Saudi menargetkan posisi pasukan tentara Yaman dan komite populer serta rumah warga Yaman di Al-Hudaidah, Taiz, Ma’rib, Hajjah, Sa’dah, Jizan, Al-Bayda dan provinsi Dhalea dengan artileri berat, serangan roket dan mortir.
Essam Al-Mutawakil, juru bicara resmi Perusahaan Minyak Negara Keselamatan Nasional Yaman (Sana’a), juga mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (10/8) bahwa terlepas dari pemeriksaan kapal tanker minyak Diesel Symphony, yang memiliki izin untuk memasuki pantai Yaman dari Perserikatan Bangsa-bangsa, koalisi agresor Saudi menyita kapal tersebut secara ilegal.