Aden, Purna Warta – Salah satu pemimpin ISIS di kota Kraytar di provinsi Aden mengklaim bahwa untuk menghadapi kelompok Dewan Transisi Selatan, penduduk kota ini harus bergabung dengan ISIS.
Mohammad Ali Othman, salah satu pemimpin terkemuka kelompok teroris ISIS, pada hari Minggu (3/10) menekankan perlunya untuk menghadapi elemen yang berafiliasi dengan UEA di kota Aden, Yaman.
Othman adalah salah satu pemimpin ISIS di kota Kraytar di provinsi Aden dan meminta penduduk kota ini untuk bergabung dengan kelompok ini.
Dia mengklaim bahwa warga kota Kraytar harus bergabung dengan ISIS untuk menghadapi elemen-elemen Dewan Transisi Selatan.
Teroris tersebut, setelah mengumumkan nomor telepon bagi penduduk kota Kraytar untuk bergabung dengan ISIS, Dia bersumpah untuk melawan elemen Dewan transisi selatan sampai mati, yakni menang atau mati.
Ini adalah pertama kalinya seorang pemimpin ISIS secara terbuka menunjukkan dirinya di kota Kraytar. Sementara itu, tentara bayaran yang berafiliasi dengan Arab Saudi kemarin juga menekankan untuk menentang elemen-elemen Dewan Transisi Selatan.
Elemen-elemen Dewan Transisi Selatan Hari Sabtu ( 2/10) bentrok dengan elemen-elemen telah pisah dari kelompok ini di kota Aden. Bentrokan berdarah ini terjadi di kota Khormakser dan kota Kraytar.
Bentrokan terjadi hanya beberapa jam sebelum Mukhtar al-Nubi, komandan tentara bayaran yang berafiliasi dengan Saudi, bertemu dengan anggota Dewan Transisi di Aden. Ini dikenal sebagai kudeta Saudi.
Sumber informasi melaporkan bahwa pertemuan itu berlangsung di istana Al-Ma’ashiq di Aden, dan dihadiri oleh al-Nubi dan Osan al-Anshali, pemimpin kelompok al-Asifa. Kelompok ini memimpin serangan di Kota Kraytar. Pejabat Saudi mengancam pasukan transisi untuk tidak mengambil tindakan tegas terhadap al-Nubi.
Sumber ini menyatakan bahwa pernyataan pejabat Saudi menunjukkan sejauh mana dukungan negara ini untuk pasukan al-Nubi.
Dengan menghasut pasukan ini, Riyadh bermaksud untuk menggantikan pasukan Dewan Transisi Selatan yang berafiliasi dengan Abu Dhabi.
Arab Saudi dan UEA memiliki kepentingan yang saling bertentangan di Yaman selatan; Meskipun kedua negara telah membentuk koalisi sejak 2015 untuk membawa Presiden Yaman yang terguling Abdrabbuh Mansour Hadi untuk kembali berkuasa, tetapi mereka telah terlibat dalam perbedaan tajam yang terwujud dalam bentuk konflik berdarah ini.