Sana’a, Purna Warta – Utusan khusus PBB untuk urusan Yaman mengatakan bahwa gencatan senjata di Yaman telah ditetapkan secara luas dan banyak dari klausulnya diterapkan.
Baca Juga : Hamas Targetkan Pesawat Tempur Israel dan Berhasil Melumpuhkannya
Menurut laporan Sputnik, Hans Grundberg menambahkan: Hasil terpenting dari gencatan senjata adalah memperkuat peluang untuk menciptakan proses politik yang inklusif untuk menghentikan konflik sepenuhnya dan secara permanen.
Dia menekankan: Dengan mempertimbangkan gerakan nasional, regional dan internasional menuju perdamaian di Yaman, ada peluang untuk mencapainya, tetapi karena ketegangan militer, ekonomi, dan verbal dalam beberapa minggu terakhir, masih ada bahaya dan ancaman besar.
Grundberg menambahkan: Tidak ada kesepakatan sementara yang dapat menyelesaikan masalah dan penderitaan rakyat Yaman secara permanen, dan perbaikan situasi hanya mungkin dilakukan melalui solusi yang komprehensif.
Dia mengatakan bahwa pemerintah Yaman yang mengundurkan diri dan gerakan Ansarullah harus siap untuk pembicaraan yang serius dan bertanggung jawab satu sama lain.
Menurut laporan yang sama, dua hari lalu, sumber di ruang operasi komunikasi dan koordinasi tentara Yaman di provinsi Al-Hudaidah, yang dibentuk untuk memantau pelanggaran gencatan senjata, mengumumkan kelanjutan pelanggaran gencatan senjata oleh koalisi agresor Arab.
Baca Juga : Presiden Raisi Menerima Undangan Raja Salman Kunjungi Saudi Arabia
Dikatakannya, dalam 24 jam terakhir, koalisi Arab pimpinan Arab Saudi telah melanggar gencatan senjata sebanyak 71 kali.
Koalisi Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi, berupa koalisi beberapa negara Arab, termasuk UEA, dan dengan bantuan dan lampu hijau Amerika Serikat serta dukungan rezim Zionis Israel, melancarkan serangan besar-besaran terhadap Yaman – Negara Arab termiskin – sejak 26 Maret 2015.
Setelah 8 tahun menginvasi Yaman dan membunuh ribuan orang serta menghancurkan infrastruktur negara, negara-negara agresor ini tidak hanya tidak mencapai tujuan mereka, tetapi mereka juga dipaksa untuk menerima gencatan senjata menyusul serangan rudal dan pesawat tak berawak dari angkatan bersenjata Yaman jauh ke dalam wilayah mereka.
Agresi militer Arab Saudi terhadap Yaman dimulai pada tahun 2015, dan selama ini, ratusan ribu orang meninggal atau terluka dan sakit, baik karena konflik langsung atau karena efek tidak langsung dari perang, termasuk air minum yang tidak sehat, wabah penyakit, dan kelaparan.
Baca Juga : Tehran Bersumpah Akan Balas Serangan Teror Israel Terhadap Penasihat Militer Iran di Suriah
Menyusul kelanjutan konflik dan dengan intervensi Perserikatan Bangsa-Bangsa, gencatan senjata telah dilakukan antara kedua belah pihak selama beberapa bulan, tetapi menurut laporan dari sumber independen, pihak Saudi telah berulang kali melanggar gencatan senjata ini dan menolak untuk menerapkan pasal-pasal yang terkait dengan perjanjian gencatan senjata tersebut.