Parlemen Yaman Kutuk Kunjungan Menteri Luar Negeri Israel ke Bahrain

Sana’a, Purna Warta – Parlemen Yaman dalam meminta parlemen-parlemen Islam untuk mengutuk kompromi Bahrain dengan Tel Aviv, mengatakan koalisi Arab telah menutup bandara Sana’a tetapi membuka bandara untuk penjajah Zionis.

Parlemen Yaman di Sana’a meminta parlemen-parlemen Islam untuk mendukung Palestina dan bangsa Yaman yang tertindas.

Menurut laporan Al-Masirah, dalam pernyataan itu disebutkan bahwa: Kami mengutuk kunjungan Menteri Luar Negeri rezim Zionis ke Manama, sebagaimana kami mengutuk tindakan otoritas Bahrain dalam menekan dan menindas demonstrasi menuntut penghapusan normalisasi.

Parlemen Yaman mendesak parlemen-parlemen Arab dan Islam, serta dunia untuk mengutuk posisi memalukan rezim-rezim yang berkompromi. Dan mendesak untuk mendukung Palestina dan rakyat Yaman yang tertindas.

Di akhir pernyataan ini disebutkan bahwa:

Saat negara-negara agresor mengepung pelabuhan dan bandara Yaman, bandara-bandara mereka terbuka untuk menyambut penjajah Zionis yang menjajah wilayah Palestina.

Di sisi lain, Perdana Menteri Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman juga menekankan bahwa Arab Saudi dan Amerika Serikat tidak serius menghentikan agresi militer mereka terhadap Yaman, yang telah berlangsung selama tujuh tahun.

Abdul Aziz bin Habtour dalam menjelaskan bahwa berbicara tentang Amerika Serikat dan Arab Saudi tidak lebih dari perdamaian yang menipu, mengatakan: Koalisi agresor harus mengakhiri agresi dan pengepungan alih-alih menghadirkan inisiatif palsu.

Dia menekankan: Arab Saudi dan Amerika Serikat tidak serius tentang perdamaian di Yaman, sementara gerakan Ansarullah siap untuk perdamaian setiap saat.

Pada bulan Maret 2015, koalisi Saudi melancarkan serangan terhadap Yaman, dan menempatkan Yaman di bawah pengepungan darat, laut dan udara.

Sana’a baru-baru ini mengumumkan bahwa sekitar 95.000 pasien yang membutuhkan perjalanan medis ke luar negeri selama tahun-tahun perang meninggal, dan di samping itu, lebih dari 75.000 pasien kanker berisiko meninggal, dan lebih dari 8.000 pasien dengan gagal ginjal, mereka juga membutuhkan transplantasi ginjal.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *