Para Aktivis HAM Serukan Penyelidikan atas Kejahatan Perang di Yaman

Para Aktivis HAM Serukan Penyelidikan atas Kejahatan Perang di Yaman

Yaman, Purna Warta Aktivis dari 60 organisasi hak asasi manusia telah menyerukan dihidupkannya kembali komite yang ditugaskan untuk menyelidiki kejahatan perang di Yaman.

Aktivis Human Rights Watch, Kenneth Roth mengatakan: Di Yaman, ada kekosongan mematikan untuk akuntabilitas karena Arab Saudi telah menghilangkan satu-satunya mekanisme yang ada [untuk penyelidikan].

Baca Juga : Tentara Saudi Bunuh dan Lukai 25 Warga Sipil di Wilayah

Roth menjelaskan bahwa para pejabat Saudi, melalui paksaan dan cara-cara lain, dapat membujuk Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada Oktober untuk menangguhkan penyelidikan PBB atas kejahatan perang di Yaman.

Untuk memperkuat pernyataannya, Roth mengutip para diplomat yang mengatakan bahwa Arab Saudi telah meminta Indonesia untuk memilih menentang kelanjutan penyelidikan dengan imbalan mempertahankan akses warga Muslimnya ke Mekah.

The Guardian melaporkan Arab Saudi telah menawarkan suap kepada pejabat PBB untuk mengakhiri penyelidikan PBB atas pelanggaran hak asasi manusia selama perang melawan Yaman.

Surat kabar itu menyatakan bahwa Riyadh berusaha mencegah penyelidikan ini dengan menggunakan serangkaian tindakan yang mencakup penggunaan “Dorongan dan ancaman”.

Baca Juga : Pemimpin Ansarullah: Pesan Rakyat Yaman untuk Melawan Musuh

Dalam hal ini, disebutkan bahwa Melalui lobinya di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Arab Saudi telah menggunakan segala upaya mulai dari penyuapan dan insentif keuangan hingga ancaman untuk memaksa anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk memilih menentang perpanjangan penyelidikan independen terhadap kejahatan perang di Yaman.

Tekanan berulang dari Saudi telah menyebabkan penutupan file investigasi PBB, dimana 21 negara memilih diakhirinya penyelidikan independen terhadap kejahatan perang di Yaman.

Laporan itu muncul ketika Program Pangan Dunia PBB (WFP), badan bantuan pangan PBB dan badan kemanusiaan terbesar di dunia untuk ketahanan pangan dan kelaparan, mengumumkan pada akhir Oktober bahwa Yaman menghadapi kekurangan pangan yang parah dan telah beralih untuk memakan daun-daun pepohonan.

Organisasi yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa ini mengatakan dalam akun Twitter bahwa mengingat perang dan runtuhnya ekonomi di Yaman, tidak ada tanda-tanda bahwa krisis di negara itu mereda, dan ini telah melipatgandakan kelaparan di negara tersebut.

Baca Juga : 10 Warga Sipil Tewas Dalam Serangan Teroris

Juru bicara UNICEF James Alder mengatakan dalam sebuah laporan kepada PBB di Jenewa sebelum Program Pangan Dunia: Konflik Yaman telah mencapai tingkat yang baru dan memalukan. Saat ini ada 10.000 anak yang terbunuh atau terluka sejak Maret 2015, yang setara dengan empat anak sehari. Selain itu, banyak operasi yang mengakibatkan pembunuhan atau kecacatan anak-anak dan belum dicatat.

Dia juga menyatakan: Empat dari lima anak, atau total sekitar 11 juta orang di Yaman, membutuhkan bantuan kemanusiaan, sementara sekitar 400.000 anak menderita kekurangan gizi parah dan lebih dari dua juta anak putus sekolah.

Arab Saudi, sebagai kepala koalisi Arab yang didukung oleh Amerika Serikat, telah meluncurkan invasi militer dan pengepungan terhadap Yaman, dari darat, udara dan laut, sejak 26 Maret 2015, dan mengklaim bahwa mereka mencoba untuk membawa kembali presiden Yaman yang telah mengundurkan diri (terguling) untuk berkuasa.

Baca Juga : Lagi, Pejabat Pemerintah Hadi Serang Koalisi Saudi

Koalisi Saudi sejauh ini gagal mencapai tujuannya dalam menginvasi Yaman secara militer. Langkah itu mengakibatkan puluhan ribu rakyat Yaman telah terbunuh dan terluka, jutaan orang kehilangan tempat tinggal, infrastruktur negara telah rusak, dan kelaparan, paceklik dan penyakit menular telah meluas.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *