Sana’a, Purna Warta – Ketika agresi Arab yang dipimpin Saudi mengintensifkan serangan terhadap posisi sipil Yaman dan melanggar komitmen gencatan senjata di provinsi al-Hudaidah, semenjak beberapa hari terakhir, terdapat beberapa laporan tentang serangan rudal balistik dan pesawat tak berawak Yaman ke beberapa wilayah Arab Saudi.
Setelahnya Yahya Saree, juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman menyempurnakan laporan dan berita tersebut dan mengumumkan dimulainya “Operasi Keseimbangan Deterensi Ketujuh.”
Yahya Saree menekankan bahwa operasi itu menargetkan fasilitas-fasilitas penting dan pangkalan militer Saudi.
Dari operasi deterensi pertama hingga operasi deterensi ketujuh, lebih dari 2 tahun telah berlalu.
Operasi Deterensi pertama dilakukan pada 17 Agustus 2019. Ketika drone tentara Yaman dan komite populer menargetkan ladang minyak Al-Shaybah yang berafiliasi dengan Aramco di tenggara Arab Saudi, sekitar 10 kilometer dari perbatasan UEA. Ladang ini memiliki kapasitas penyimpanan minyak lebih dari satu miliar barel.
Pada 14 September 2019, operasi Deterensi kedua dilakukan, di mana fasilitas minyak Aramco di Baqiq dan Kharis di Arab Saudi timur ditargetkan dengan 10 UAV, merusak setengah dari produksi minyak Saudi dan harga minyak naik sekitar 18%.
Lima bulan setelah deterensi kedua, deterensi ketiga terjadi pada Februari 2020. Kali ini, tentara Yaman dan komite populer menargetkan Aramco dengan dua rudal balistik Quds, 12 UAV Samad-3 dan rudal balistik jarak jauh Zulfiqar, dan target penting lainnya di Yanbu, di bagian barat Arab Saudi.
Operasi Deterensi keempat terjadi pada Juni 2020. Operasi tersebut dilakukan secara perhitungan dengan satu set drone-drone Samad 3, rudal-rudal jelajah dan rudal-rudal balistik dalam empat gelombang berturut-turut. Dan menargetkan lokasi militer dan intelijen yang sensitif di ibu kota Saudi. Ini menunjukkan bahwa penargetan Ansarullah melampaui tingkat peringatan atau tujuan ekonomi. Lebih dari itu memiliki tujuan non-ekonomi baru dalam agenda.
Operasi Deterensi kelima dilakukan pada 28 Februari 2021, berjarak delapan bulan dari operasi deterensi keempat. Secara geografis, operasi itu sekali lagi menargetkan Riyadh, ibu kota Saudi, dan dua kota selatan Abha dan Khamis Mushait.
Beberapa hari kemudian, pada 17 Maret 2021, selama operasi deterensi keenam Perusahaan Minyak Nasional Saudi Aramco di pelabuhan minyak Ras al-Tanura dan target-target militer di kota Al-Dammam Saudi timur, dengan 10 UAV Samad 3 dan sebuah Rudal dari tipe Zulfikar menjadi sasaran. Begitu juga, empat drone Qasef K2 dan tujuh rudal tipe Badr menargetkan area di Asir dan Jizan di Arab Saudi selatan.
Operasi Deterensi Ketujuh juga dilaporkan meluncurkan serangan rudal dan pesawat tak berawak skala besar ke fasilitas penting Saudi, termasuk Aramco.