Lagi, Koalisi Saudi Sita Kapal Minyak Yaman

Lagi, Koalisi Saudi Sita Kapal Minyak Yaman

Al-Hudaidah, Purna Warta Seorang juru bicara perusahaan minyak Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman mengatakan bahwa koalisi agresor Saudi-Emirat tidak mengizinkan kapal minyak Yaman memasuki pelabuhan Al-Hudaidah dan kemudian menyitanya.

Perusahaan minyak Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman mengumumkan bahwa koalisi agresor Saudi-Emirat menyita sebuah kapal minyak Yaman pada hari Senin (30/5).

Baca Juga : Pemilu Presiden Kolombia: Petro dan Hernandez Lolos

Juru bicara resmi Perusahaan Minyak Yaman, Issam al-Mutawakil, mengatakan kepada kantor berita resmi Yaman (Saba) bahwa Kapal tersebut membawa bensin.

Al-Mutawakil mengatakan bahwa kapal yang disita bernama Sands dan membawa 29.454 ton bensin, yang tidak diizinkan oleh koalisi agresor untuk memasuki pelabuhan Al-Hudaidah.

Dengan menjelaskan bahwa kapal tersebut juga telah mendapat izin dari PBB, Al-Mutawakil menekankan bahwa dengan menyita kapal tersebut, koalisi gabungan telah menyita dua kapal Yaman yang telah mendapat izin dari PBB.

Juru bicara perusahaan minyak Yaman tersebut meminta masyarakat internasional dan badan-badan kemanusiaan untuk menekan koalisi agresor agar mematuhi gencatan senjata saat ini dan untuk berhenti menyita kapal yang membawa minyak Yaman; Kapal yang tidak ada hubungannya dengan urusan politik atau militer.

Baca Juga : Qatar dan Turki Kecam Keras Pelecehan Masjidul Aqsa oleh para Pemukim Zionis

Sementara itu, al-Mutawakil mengumumkan pada awal Mei bahwa koalisi agresor terus mencuri tanker minyak dan menyita sebuah kapal yang membawa 30.000 ton solar.

Al-Mutawakil menyatakan bahwa PBB setelah pelaksanaan gencatan senjata melanjutkan pembajakan seperti sebelumnya. Ia mengatakan, jumlah kapal pengangkut solar yang disita mencapai dua kapal.

Meskipun ada gencatan senjata di Yaman tapi tidak ada kemajuan yang signifikan yang dibuat dalam gencatan senjata militer atau kemanusiaan. Dengan kepercayaan Sana’a yang memudar terhadap kemungkinan koalisi Saudi dan PBB memenuhi komitmen mereka, tanda-tanda gencatan senjata di negara itu tidak optimistis.

Pada hari-hari pertama Ramadhan, pada 2 April 2021, PBB mengumumkan pelaksanaan gencatan senjata kemanusiaan dan militer di Yaman, yang disambut oleh Sana’a dan seluruh dunia.

Baca Juga : ‘Israel dengan Bantuan AS dan Negara Arab Teluk Sedang Upayakan Normalisasi dengan Saudi’

Di atas kertas, dalam gencatan senjata kemanusiaan ditekankan tentang penghentian semua operasi militer, memastikan pergerakan yang aman dan lancar bagi 18 kapal minyak dalam dua bulan dan memungkinkan 16 penerbangan pesawat komersial dari tempat tertentu ke Sana’a dan sebaliknya, atau dengan kata lain rata-rata dua penerbangan komersial per minggu.

Sana’a telah mematuhi komitmennya dengan menangguhkan operasi militernya untuk maju ke Arab Saudi dan menangguhkan semua operasi ofensif di sepanjang front internal dan perbatasan; Tetapi pihak lain belum berkomitmen untuk menghentikan operasi militer yang bermusuhan sejak hari pertama gencatan senjata.

Sementara koalisi agresor seharusnya mengizinkan kapal bahan bakar minyak dan gas masuk ke pelabuhan Al-Hudaidah, tetapi tidak hanya tidak menghentikan pembajakan dan penyitaan kapal yang telah diperiksa oleh UNVIM dan telah mendapat izin dari PBB, bahkan sengaja terus merampas kapal-kapal pengangkut solar dengan tujuan mempersempit kerja institusi medis dan layanan [Yaman]; Tanpa sedikit pun menghormati komitmen yang dibuat; Komitmen yang ditandatangani di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Baca Juga : Atas Desakan Israel Joe Biden Batal Dirikan Konsulat AS untuk Palestina di Yerusalem

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *