Al-Hudaidah, Purna Warta – Pada hari Kamis (22/4), pasukan invasi Koalisi Arab pimpinan Saudi melanggar perjanjian gencatan senjata di Yaman sebanyak 68 kali.
Sumber-sumber lokal pada hari Kamis (22/4) mengatakan bahwa koalisi Saudi melanggar perjanjian gencatan senjata 68 kali tadi malam dengan menyerang provinsi Al-Hudaidah Yaman.
Baca Juga : Bom Mobil Meledak di Barat Laut Damaskus
Sebuah sumber di Ruang Operasi Pasukan Rakyat Yaman mengatakan kepada kantor berita Saba bahwa pembentukan benteng militer di al-Jabaliyah dan Hays dan penerbangan 15 pesawat mata-mata di atas wilayah udara Al-Jabaliyah dan Hays termasuk di antara pelanggaran perjanjian gencatan senjata oleh agresor Saudi.
Sumber tersebut mengatakan bahwa selain kasus yang disebutkan, pelanggaran gencatan senjata oleh Riyadh termasuk penembakan dengan berbagai senjata.
Meskipun ada penandatanganan perjanjian gencatan senjata di provinsi Al-Hudaidah Yaman pada tahun 2018, pasukan koalisi agresor Riyadh dan tentara bayarannya terus melanggar perjanjian tersebut.
Tiga minggu lalu, semua operasi ofensif darat, udara dan laut di Yaman harus dihentikan, sesuai gencatan senjata dua bulan; Namun gencatan senjata telah berulang kali dilanggar oleh koalisi agresor Saudi.
Baca Juga : Pemimpin Ansarullah Bereaksi atas Penodaan terhadap Al-Qur’an
Utusan PBB untuk Yaman menekankan bahwa keberhasilan prakarsa itu bergantung pada komitmen berkelanjutan dari pihak-pihak yang bertikai terhadap implementasi perjanjian gencatan senjata.
Pada tanggal 26 Maret 2015, Arab Saudi melancarkan serangan besar-besaran terhadap Yaman, negara Arab termiskin, dalam bentuk koalisi beberapa negara Arab, termasuk UEA, dengan bantuan dan lampu hijau dari Amerika Serikat dan dukungan dari rezim Zionis Israel.
Bertentangan dengan harapan Saudi, serangan mereka menghantam perisai kokoh kubu perlawanan rakyat Yaman. Dan setelah tujuh tahun pertahanan dan perlawanan Yaman serta serangan menyakitkan Yaman jauh ke dalam wilayah Saudi, terutama fasilitas Aramco, Riyadh terpaksa menerima gencatan senjata dengan harapan keluar dari rawa perang Yaman.
Baca Juga : Penerbangan Pertama dari Bandara Sana’a