Sana’a, Purna Warta – Sebagai kelanjutan dari pelanggaran gencatan senjata di Yaman, koalisi agresor Saudi membunuh seorang warga sipil dengan serangan udara di sebuah daerah di provinsi Al-Hudaidah pada Minggu malam (18/9).
Sebuah sumber lokal menyatakan bahwa seorang warga sipil terbunuh selama serangan pesawat tak berawak koalisi Saudi di sebuah rumah di desa Bani Al-Mashoun di bagian Al-Jarrahi di Provinsi Al-Hudaidah.
Baca Juga : Serangan Roket ke Pangkalan Ilegal AS di Suriah Timur
Pelanggaran gencatan senjata oleh koalisi Saudi terjadi sementara beberapa sumber berita mengklaim bahwa PBB telah menekan pihak-pihak yang bertikai di Yaman untuk menyetujui perpanjangan gencatan senjata selama 6 bulan di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Yaman.
Atas saran Perserikatan Bangsa-Bangsa, gencatan senjata telah ditetapkan di Yaman sejak 2 April, yang terpenting dari klausul-klausulnya adalah kedatangan 18 kapal pengangkut bahan bakar ke pelabuhan Al-Hudaidah dan izin dua penerbangan pulang-pergi mingguan dari dan ke Bandara Internasional Sana’a.
Terlepas dari pelanggaran berulang terhadap gencatan senjata ini oleh koalisi Saudi, Hans Grandberg, utusan khusus PBB untuk urusan Yaman, mengumumkan pada 2 Juni perpanjangan dua bulan gencatan senjata di Yaman sampai tanggal 2 agustus dan tanpa menunjuk pada pihak yang melanggar gencatan senjata di Yaman, dia mengatakan bahwa dia telah menerima laporan pelanggaran gencatan senjata dari pihak-pihak yang berkonflik. Setelahnya gencatan senjata pun diperpanjang untuk ketiga kalinya selama 2 bulan sampai 2 Oktober.
Baca Juga : Menlu Iran: Arbain Bukti Persaudaran Rakyat Iran dan Irak yang Tidak Terpatahkan
Perlu disebutkan pula pada tanggal 6 Juli, perwakilan dari pihak-pihak yang bertikai, anggota Komite Koordinasi Militer di Yaman, setuju untuk memperbarui komitmen mereka untuk menghentikan semua operasi dan kegiatan militer di dalam dan di luar Yaman dan untuk memperpanjang gencatan senjata saat ini.
Arab Saudi, dalam bentuk koalisi beberapa negara Arab, termasuk UEA, dan dengan bantuan dan lampu hijau Amerika Serikat dan dukungan rezim Zionis Israel, memulai serangan besar-besaran terhadap Yaman – negara Arab termiskin – sejak 26 Maret 2015.
Bertentangan dengan harapan Saudi, serangan mereka menghantam perisai kuat perlawanan rakyat Yaman, dan setelah lebih dari tujuh tahun kegigihan dan pukulan balasan yang menyakitkan dari Yaman jauh ke tanah Saudi, terutama fasilitas Aramco, Riyadh terpaksa menerima gencatan senjata Yaman dengan harapan keluar dari rawa perang Yaman.
Baca Juga : Iran Akan Jadi Tuan Rumah Delegasi Bisnis Besar Rusia
Organisasi-organisasi yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia dan UNICEF, telah memperingatkan berkali-kali bahwa karena serangan terus-menerus dari koalisi agresor terhadap Yaman, rakyat di negara ini menghadapi kelaparan dan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu abad terakhir.