Sana’a, Purna Warta – Sumber berita melaporkan pada Jumat pagi (19/8) bahwa koalisi Saudi telah melanggar gencatan senjata Yaman 202 kali dalam 24 jam terakhir.
Menurut al-Masirah, koalisi Saudi melanggar gencatan senjata PBB dengan melakukan penerbangan pengintaian dan penargetan di atas provinsi Ma’rib, Taiz, Jawf, Sa’dah, Hodeidah, Dhalea, Al-Bayda, Hajjah, serta operasi-operasi di perbatasan.
Baca Juga : Kehadiran Pasukan Prancis di Provinsi Shabwah Yaman
Laporan ini menambahkan bahwa pesawat pengintai bersenjata koalisi agresor Saudi menargetkan rumah-rumah penduduk dan posisi pasukan tentara Yaman dan komite populer di daerah Al-Hays yang terletak di provinsi Al-Hudaidah.
Menurut laporan ini, pasukan koalisi agresor Saudi menargetkan posisi pasukan tentara Yaman dan komite populer serta rumah-rumah warga Yaman di provinsi Al-Hudaidah, Taiz, Ma’rib, Hajjah, Sa’dah, Jizan dan Dhalea dengan artileri berat, serangan roket dan mortir.
Sementara itu, Hans Grandberg, perwakilan khusus PBB untuk urusan Yaman, mengumumkan kesepakatan pihak-pihak di Yaman untuk memperpanjang gencatan senjata selama 2 bulan Selasa lalu.
Dia mengatakan: Perpanjangan gencatan senjata Yaman termasuk komitmen para pihak untuk bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan yang lebih luas.
Gencatan senjata di Yaman, yang telah berulang kali dilanggar oleh koalisi agresor Saudi, diperpanjang satu kali sebelum mengikuti konsultasi PBB. Perpanjangan 2 bulan gencatan senjata ini berakhir pada 2 Agustus, yang diperpanjang lagi.
Sebelumnya, Mehdi Al-Mashat, kepala Dewan Politik Tertinggi Yaman, mengatakan bahwa gencatan senjata di Yaman hampir hancur karena pelanggaran berulang oleh koalisi Saudi.
Baca Juga : Iran Peringati Kudeta 1953 Yang Diatur CIA
Arab Saudi, dalam bentuk koalisi beberapa negara Arab, termasuk UEA, dan dengan bantuan dan lampu hijau Amerika Serikat dan dukungan rezim Zionis Israel, memulai serangan besar-besaran terhadap Yaman – negara Arab termiskin – sejak 26 Maret 2015.
Bertentangan dengan harapan Saudi, serangan mereka menghantam perisai kuat perlawanan rakyat Yaman, dan setelah tujuh tahun kegigihan dan serangan balasan yang menyakitkan oleh Yaman jauh ke tanah Saudi, terutama fasilitas Aramco, Riyadh terpaksa setuju untuk gencatan senjata dengan harapan bisa keluar dari rawa perang di Yaman.