Sana’a, Purna Warta – Seorang juru bicara resmi gerakan Ansarullah mengatakan bahwa sejak gencatan senjata dimulai, koalisi agresor saudi tidak mengizinkan pesawat apapun memasuki Sana’a dan telah mencegah kapal-kapal yang membawa bahan bakar memasuki Al-Hudaidah.
Mohammed Abdul Salam, juru bicara resmi gerakan Ansarullah Yaman, Senin (18/4) mengumumkan bahwa koalisi agresi Saudi-Emirat masih melanggar gencatan senjata di negara itu.
Baca Juga : Kepala Minoritas Turkmenistan Suriah Terbunuh
Jaringan berita Al-Masira melaporkan, mengutip Abdul Salam, bahwa sejak gencatan senjata dimulai, koalisi agresor tidak mengizinkan pesawat apa pun memasuki Sana’a dan telah mencegah kapal-kapal yang membawa bahan bakar memasuki pelabuhan Al-Hudaidah.
Dia mencatat bahwa koalisi Saudi-Emirat juga telah melanggar gencatan senjata secara militer; Karena drone mata-mata milik koalisi agresor Saudi telah melakukan sembilan serangan dan tentara bayarannya beroperasi tiga kali di Ma’rib.
Dalam hal ini, Issam Yahya al-Mutawakil, juru bicara resmi Perusahaan Minyak Yaman, Kamis lalu mengumumkan bahwa koalisi agresor Saudi-Emirat telah melanggar gencatan senjata lagi di negara itu dan menekankan bahwa koalisi terus saja melakukan pembajakan kapal.
Baca Juga : Rusia Umumkan Rincian Serangan Israel di Dekat Damaskus
Al-Mutawakil mengatakan bahwa koalisi agresor Saudi telah menyita kapal Harost yang membawa 29.976 ton solar, dan menambahkan bahwa meskipun ada pemeriksaan dan izin PBB, koalisi agresor Saudi tetap menyita kapal tersebut. Dengan demikian, jumlah kapal yang disita mencapai tiga kapal minyak yang kesemuanya telah diperiksa dan diberi izin oleh PBB.
Sementara itu, Utusan Khusus PBB untuk Yaman Hans Grandberg telah mengumumkan dimulainya gencatan senjata di Yaman pada 2 April.
Dia mengatakan gencatan senjata telah dicapai antara Sana’a dan koalisi Saudi, dan akan mengakhiri semua operasi militer selama dua bulan.
Baca Juga : Pertemuan Pertama Grandberg dengan Ketua Dewan Kepresidenan
Grandberg mengatakan dalam sebuah pernyataan: Pihak-pihak yang berkonflik di Yaman menanggapi secara positif proposal PBB untuk gencatan senjata (kemanusiaan) dua bulan, yang akan berlaku pada 2 April pukul 7 malam. Menurut gencatan senjata ini, semua operasi militer darat, udara dan laut akan dihentikan.
Berdasarkan ketentuan perjanjian, 18 kapal pengangkut bahan bakar akan memasuki pelabuhan Al-Hudaidah, dan dua penerbangan dalam seminggu akan diizinkan menggunakan Bandara Sana’a.
Klausul lain dalam perjanjian itu termasuk pertemuan antara para pihak untuk menyepakati pembukaan penyeberangan di Taiz dan provinsi lain untuk meningkatkan lalu lintas di Yaman.
Baca Juga : Suriah: Amerika Lakukan Kejahatan Perang di Raqqah
Utusan khusus PBB itu menekankan pentingnya membangun kepercayaan antara kedua belah pihak berdasarkan perjanjian untuk melanjutkan proses politik guna mengakhiri konflik di Yaman.