Sana’a, Purna Warta – Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kantor Hak Asasi Manusia mengatakan bocah laki-laki Yaman berusia 8 tahun, Ihab Malik Qassim Said Qaid, ditembak mati oleh peluru penembak jitu di dekat rumahnya di desa Habil Thaba.
Juga, kelompok itu mengutuk koalisi yang dipimpin Saudi dan tentara bayarannya karena melakukan kejahatan terhadap warga sipil di provinsi tersebut, termasuk menargetkan daerah pemukiman dan warga Yaman dengan menggunakan penembak jitu.
Baca Juga : Hamas: Israel Tidak Dapat Melegitimasi Pendudukan Palestina Melalui Pemilihan
Pernyataan itu mengatakan para pelaku kejahatan harus dihukum atas tindakan mereka, menyoroti kebungkaman masyarakat internasional yang “tidak dapat diterima” terhadap kejahatan yang berulang.
Sebelumnya pada bulan Juni, kelompok hak asasi lain yang dikenal sebagai Koalisi Rasad mengatakan telah mendokumentasikan pembunuhan sekitar 3.200 anak di berbagai wilayah Yaman. Lebih dari 250 anak-anak terbunuh oleh peluru tajam, lebih dari 150 kehilangan nyawa mereka karena ledakan bom dan sisanya tewas dalam pengeboman.
Menurut UNICEF, sekitar 10.000 anak Yaman telah terbunuh atau cacat sejak awal perang yang didukung AS di Yaman, sementara total 11 juta anak membutuhkan bantuan kemanusiaan dan sekitar 400.000 menderita kekurangan gizi parah.
Selain itu, organisasi tersebut telah melaporkan lebih dari dua juta anak putus sekolah dan empat juta lainnya berisiko putus sekolah, sementara 1,7 juta anak kehilangan tempat tinggal karena kekerasan.
Pada bulan Maret 2015, Arab Saudi melancarkan perang terhadap Yaman bekerja sama dengan sekutu Arabnya dan dengan dukungan AS dan beberapa negara Barat, yang telah menyediakan intelijen, logistik dan senjata kepada penjajah.
Baca Juga : Nelayan tewas, Dua Lainnya Terluka Saat Angkatan Laut AS Tembaki Kapal Di Lepas Pantai Laut Arab Yaman
Perang itu bertujuan untuk memasang kembali rezim Abd Rabbuh Mansour Hani yang bersahabat dengan Riyadh dan menghancurkan gerakan perlawanan Ansarullah, yang telah menjalankan urusan negara tanpa adanya pemerintahan fungsional di Yaman.
Namun, koalisi yang dipimpin Saudi tidak mencapai satu pun tujuan dan tetap terjebak di Yaman dalam menghadapi perlawanan keras oleh bangsa dan angkatan bersenjatanya.