Sana’a, Purna Warta – Bencana kelaparan masih terus merenggut korban nyawa di negeri arab termiskin, Yaman.
Direktur Regional di Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah – IFRC, Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) mengatakan bahwa gencatan senjata yang mulai berlaku di Yaman pada bulan April belum memperbaiki kondisi kemanusiaan di negara ini.
Hossam Elsharkawi, Direktur Regional di Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah – IFRC, Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) dalam pidato hari Jumat (15/7) mengatakan: Perang di Ukraina menyebabkan kenaikan harga bahan bakar, gandum dan makanan, dan kenaikan harga tak tertahankan. Situasi di Yaman adalah bencana sebelum Ukraina, dan sekarang menjadi seratus kali lebih buruk. Anak-anak di Yaman selalu mati kelaparan.
Baca Juga : Menlu Saudi: Tidak Ada Kesepakatan Dengan Amerika Mengenai Minyak
Elsharkawi dengan menyatakan bahwa situasi di Yaman sangat tragis dan membutuhkan organisasinya untuk melakukan lebih banyak upaya dalam pekerjaan kemanusiaan, menambahkan: Sayangnya, situasi di Yaman belum membaik sejak gencatan senjata.
Direktur International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (MENA) wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara menyatakan bahwa air yang terkontaminasi telah menjadi salah satu masalah terbesar dalam beberapa pekan terakhir.
Atas saran Perserikatan Bangsa-Bangsa, gencatan senjata telah ditetapkan di Yaman sejak 2 April, yang paling penting dari klausul-klausulnya adalah kedatangan 18 kapal pengangkut bahan bakar di pelabuhan Al-Hudaidah dan izin dua penerbangan pulang-pergi mingguan dari bandara internasional Sana’a.
Meskipun terjadi pelanggaran berulang terhadap gencatan senjata oleh koalisi Saudi, Hans Grandberg, Utusan Khusus PBB untuk Urusan Yaman, pada 2 Juni mengumumkan perpanjangan dua bulan gencatan senjata di Yaman. Dan tanpa menunjuk pada pihak yang melanggar gencatan senjata di Yaman, dia mengatakan bahwa dia telah menerima laporan pelanggaran gencatan senjata oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Baca Juga : Rajapaksa Akhirnya Menyerah, Pengunjuk Rasa Mundur
Arab Saudi, dalam bentuk koalisi beberapa negara Arab dan dengan bantuan dan lampu hijau Amerika Serikat dan dukungan rezim Zionis Israel, melancarkan serangan besar-besaran terhadap Yaman – negara Arab termiskin – sejak 26 Maret 2015, dengan dalih ingin mengembalikan Presiden terguling dan buron Abdrabuh Mansour Hadi untuk kembali berkuasa, serta memenuhi tujuan dan ambisi politiknya.