Sana’a, Purna Warta – Para pejabat Yaman di Sana’a sekali lagi memperingatkan tentang upaya negara-negara agresor koalisi Saudi untuk menggagalkan kemajuan yang dicapai dalam perjanjian perpanjangan gencatan senjata baru-baru ini.
Media-media Yaman mengumumkan bahwa salah satu komandan militer terkemuka di Kementerian Pertahanan pemerintah Sana’a memperingatkan koalisi Saudi jika mencoba melewati kesepahaman yang dicapai terkait perjanjian gencatan senjata dengan Sana’a, ketegangan di kedalaman wilayah Arab Saudi akan meningkat.
Baca Juga : Gempa Berkekuatan 4,4 SR Guncang Suriah
Media-media ini menambahkan bahwa Brigadir Jenderal Abdullah Bin Amer, wakil Departemen Bimbingan Spiritual Yaman, mengatakan: Kekuatan tentara Yaman telah meningkat secara luar biasa, dan negara-negara agresor harus menyadari bahaya menghindari kesepahaman yang telah dicapai.
Dalam hal ini, Mohammad Ali Al-Houthi, anggota Dewan Politik Tertinggi yang berkuasa di Yaman, menyatakan banyak kemajuan yang dicapai dalam negosiasi tersebut.
Namun, dia menekankan bahwa pembicaraan tentang gaji para pegawai pemerintah, kompensasi dan tuntutan umum masih berlangsung, tuntutan yang telah diajukan Sana’a kepada koalisi agresor Saudi untuk memperpanjang gencatan senjata dan mencoba menghentikan perang.
Mohammad Ali al-Houthi juga mengatakan: Pembicaraan yang sedang berlangsung terkait dengan isu-isu kemanusiaan seperti masalah gaji para pegawai pemerintah dan pembukaan kembali bandara Sana’a dan pelabuhan Al-Hudaidah, serta Republik Yaman tegas pada posisi dan tuntutannya yang sah, meskipun koalisi masih mengulur waktu.
Terlepas dari ketidakpastian di kancah politik tentang perjanjian gencatan senjata atau isinya dan waktu pengumumannya, media-media Arab Saudi dan Emirat menunjukkan bahwa sejauh ini kesepakatan telah dicapai antara pihak-pihak yang bernegosiasi mengenai gaji para pegawai nasional dan tentara berdasarkan database 2014, mereka telah menerbitkan klausul yang menurut mereka adalah ketentuan dari kesepakatan tersebut.
Media tersebut juga mengumumkan bahwa pembukaan penerbangan komersial baru dari bandara Sana’a ke enam negara, Qatar, Yordania, Malaysia dan India, selain dua tujuan sebelumnya, yaitu Mesir dan Yordania, merupakan salah satu klausul dalam perjanjian tersebut.
Baca Juga : Uskup Agung: Siapa Yang Dukung Perjuangan Palestina harus Dukung Suriah
Perjanjian tersebut juga mencakup pencabutan total blokade terhadap pelabuhan Al-Hudaidah, dimulainya kembali ekspor minyak dan gas, dan pembukaan jalan antar provinsi dengan syarat gencatan senjata enam bulan. Ditekankan juga bahwa pelaksanaan ketentuan perjanjian ini akan dilakukan sesaat sebelum pengumuman resmi perpanjangan gencatan senjata.
Pada saat yang sama, para pemimpin tertinggi pemerintah Sana’a menggambarkan pembicaraan antara kedua belah pihak di bawah pengawasan Oman sebagai hal yang positif, yang menunjukkan penerimaan persyaratan Sana’a oleh Arab Saudi.