Sana’a, Purna Warta – Sumber-sumber Yaman melaporkan konflik sengit antara pasukan tentara Yaman dan komite rakyat Yaman dengan elemen-elemen koalisi Saudi di provinsi Ma’rib dan Al-Dhale.
Bersamaan dengan ketidakkonklusifan negosiasi politik dan desakan koalisi Saudi-Amerika untuk melanjutkan blokade Yaman dan dalam situasi di mana tidak ada lagi gencatan senjata, sumber-sumber Yaman mengkhawatirkan intensifikasi konflik di beberapa daerah, termasuk di provinsi Al-Dhale di selatan, provinsi Ma’rib di tengah dan beberapa daerah perbatasan Yaman dengan Arab Saudi.
Baca Juga : Pemukim Israel Obrak-Abrik Pemakaman Kristen di Yerusalem
Dalam hal ini, situs berita Al-Mashhad Al-Yamani menulis bahwa telah terjadi bentrokan hebat antara pasukan tentara Yaman dan komite rakyat Yaman dengan milisi koalisi agresor Saudi di provinsi Al-Dhale.
Menurut laporan ini, bentrokan dimulai setelah pasukan pemerintah Sana’a menargetkan posisi koalisi Saudi di wilayah Maris di utara provinsi Al-Dhale. Dalam bentrokan yang berlangsung dengan senjata ringan dan berat tersebut, sejumlah pasukan dari kedua belah pihak tewas dan luka-luka.
Situs berita Hadhramaut Net juga menulis bahwa situasi di daerah perbatasan juga menjadi tegang dan menurut sumber lokal di daerah “Bart”, tentara dan pasukan Ansarullah telah memindahkan peralatan perang yang ekstensif ke daerah-daerah perbatasan.
Begitu juga, terjadi bentrokan sporadis di provinsi Al-Hudaidah, Lahj dan Taiz antara pasukan pemerintah Sana’a dan elemen-elemen yang berafiliasi dengan koalisi agresor Saudi.
Namun mengenai provinsi Ma’rib, sebagai pusat konflik sebelum gencatan senjata, surat kabar Lebanon Al-Akhbar menulis pada hari Jumat bahwa pihak-pihak yang terlibat di daerah sekitar kota telah disiagakan tinggi. Dan pada saat yang sama, bentrokan sengit terjadi di sekitar kota Ma’rib di beberapa front.
Menurut beberapa aktivis media sosial dan pengamat Yaman: konflik ini masih berlangsung dan kedua belah pihak telah mengirimkan lebih banyak pasukan dan peralatan ke wilayah-wilayah tersebut.
Menurut Al-Akhbar, perselisihan dan konflik di front koalisi agresor Saudi telah kembali berkobar lagi dan pasukan proksi yang berafiliasi dengan Riyadh dan Abu Dhabi kembali saling menyerang dan membunuh.
Kembalinya konflik ke medan-medan tempur Yaman terjadi setelah Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman setelah tiga periode gencatan senjata mengumumkan bahwa perpanjangan gencatan senjata tidak menguntungkan rakyat Yaman dan koalisi Saudi tidak mau membuat konsesi.
Situs berita analitik Khanadiq telah menulis tentang ini bahwa upaya Oman untuk menengahi, yang terakhir terjadi pada Oktober 2022, tidak berhasil karena desakan Amerika untuk tidak menyelesaikan masalah Yaman, dan di tahun baru, kita akan melihat situasi di Yaman menjadi lebih rumit.
Baca Juga : Kebohongan Akhir Perang di Yaman
Dalam hal ini, situs berita Ansarullah melaporkan bahwa koalisi Saudi-Amerika dengan taktik gencatan senjata hanya meningkatkan blokade ekonomi terhadap rakyat Yaman, namun Sana’a menegaskan tidak akan membiarkan situasi seperti itu berlanjut, melainkan akan melancarkan serangan rudal ke Abu Dhabi dan Riyadh.
Begitu juga situs berita Amerika “Intercept” tentang posisi Amerika Serikat dalam mengakhiri perang di Yaman, menulis: Amerika Serikat yang mengabaikan tuntutan Sana’a untuk membayar gaji para pegawai pemerintahnya dan mencabut blokade terhadap Yaman dan menyebut tuntutan tersebut tidak realistis, jelas menunjukkan tidak adanya keseriusan Washington untuk bergerak menuju perdamaian.
Situs berita Amerika Serikat ini mengungkapkan bahwa tuntutan Sana’a sejalan dengan tuntutan banyak kelompok Demokrat di Kongres Amerika Serikat dan bahwa tuntutan tersebut bukannya “tidak realistis dan tidak mungkin”.
Situs berita Intercept lebih lanjut menulis bahwa pemerintah Amerika Serikat menganggap membayar gaji para pegawai pemerintah Yaman dengan imbalan perpanjangan gencatan senjata menjadi biaya yang sangat tinggi, dan oleh karena itu jelas bahwa pendekatan Washington terhadap gencatan senjata tidak serius.