Sana’a, Purna Warta – Seorang pejabat intelijen rezim Zionis Israel menyatakan kekhawatirannya tentang operasi angkatan laut Yaman melawan rezim ini dan mengumumkan bahwa Yaman memiliki persediaan besar semua jenis rudal dan drone dan telah menjadi ancaman besar bagi Israel.
Baca Juga : UNICEF: 80% Anak-anak di Gaza Alami Kekurangan Gizi Akut
Di tengah meningkatnya kekhawatiran rezim Zionis Israel dan para pendukungnya, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, mengenai persamaan angkatan laut yang diciptakan Yaman terhadap Israel, seorang perwira intelijen rezim pendudukan, menunjuk pada posisi strategis Yaman di tepi Laut Merah, menekankan bahwa Yaman memiliki gudang besar roket dan drone, dan Yaman memiliki setidaknya 100,000 pasukan militer.
Seorang perwira intelijen Israel yang tidak disebutkan namanya dalam sebuah laporan di situs web berbahasa Ibrani, Globes menyatakan bahwa setelah operasi langsung Sana’a melawan Israel menyusul perang Gaza, drone Yaman di laut merupakan ancaman strategis dan ancaman utama ditingkat militer bagi Israel.
Selain persediaan rudal dan drone Yaman yang besar serta sedikitnya 100.000 pasukan militer, posisi strategis Yaman di tepi Laut Merah menjadikan negara ini tantangan yang jelas dan nyata bagi Israel.
Ditambahkannya, saat ini Yaman telah dibekali dengan senjata terbaik, rudal balistik, rudal jelajah dan drone, yang telah ditembakkan ke Israel (Palestina yang diduduki) sejak sekitar 2 bulan lalu.
Yaman bahkan punya kapal tak berawak, tapi mungkin kartu truf mereka yang paling penting dan utama adalah mereka bisa mengepung Laut Merah dan menutupnya.
Baca Juga : Mesir Puji Peran Iran dalam Membangun Perdamaian di Kawasan
Dalam kelanjutan laporan perwira intelijen rezim Zionis Israel ini disebutkan bahwa hak istimewa terbesar rakyat Yaman adalah mereka menguasai sebagian besar pantai Laut Merah dan Selat Bab Al-Mandeb, dimana 14% perdagangan maritim dunia bergantung padanya.
Sana’a mencegah pergerakan kapal dengan menggunakan rudal, pesawat, dan drone. Dan hal ini menyebabkan raksasa pelayaran mengubah rutenya ke Tanjung Harapan dan Afrika Barat. Dan dengan cara ini, mereka harus membuang 10 hingga 14 hari lebih banyak waktu mereka.
Perwira Zionis ini menyatakan bahwa meski sistem pertahanan Israel berusaha melawan rudal dan drone Yaman, senjata-senjata tersebut telah menjadi ancaman nyata bagi Israel.
Sebelumnya, kapal-kapal niaga yang bergerak menuju wilayah pendudukan Palestina memasuki Laut Merah melalui Selat Bab Al-Mandeb dan dari sana dipindahkan ke pelabuhan Eilat atau Terusan Suez di Mesir dan kemudian ke pelabuhan Ashdod atau Haifa.
Namun saat ini, di bawah bayang-bayang perang Gaza dan persamaan angkatan laut baru yang digunakan Yaman untuk melawan rezim Zionis Israel dan mengancam bahwa selama pengepungan terhadap Gaza tidak dicabut dan makanan, obat-obatan dan kebutuhan dasar lainnya tidak memasuki wilayah ini, tidak akan ada kapal Israel atau kapal internasional yang boleh pergi ke Palestina yang diduduki dan membaw barang, makanan, dan lain-lain untuk rezim ini.
Kapal-kapal yang menuju wilayah pendudukan tidak bisa lagi melewati selat Bab Al-Mandeb dan Laut Merah, jadi mereka harus berkeliling Afrika untuk mencapai Palestina yang diduduki melalui Selat Gibraltar.
Baca Juga : Kapal Dagang Israel Diserang Drone 200 Kilometer di Lepas Pantai India
Karena perdagangan maritim rezim penjajah Israel sangat bergantung pada Laut Merah, setelah ancaman angkatan bersenjata Yaman terhadap rezim ini dilakukan di bawah bayang-bayang agresi penjajah ini terhadap Gaza, Israel sangat khawatir dengan dampak ekonomi dari blokade laut yang diberlakukan Yaman terhadap Israel.