Sana’a, Purna Warta – Setidaknya terdapat 9 kapal minyak milik Yaman telah berada dalam daftar sitaan koalisi agresor Arab Saudi.
Dalam pertemuan dengan koordinator urusan kemanusiaan PBB di Yaman, menteri perminyakan pemerintah Keselamatan Nasional Yaman menekankan bahwa lembaga ini harus memenuhi tugasnya terhadap rakyat di negara ini. Karena koalisi Saudi tidak mengizinkan kapal minyak Yaman masuk ke Yaman.
Ahmed Abdullah Dares, menteri perminyakan Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman, menjamu William Gresley, koordinator urusan kemanusiaan PBB di Yaman, pada hari Minggu 4 September.
Baca Juga : Kepala Dewan Politik Tertinggi Yaman Tekankan Berdiri Melawan Para Agresor
Situs berita YPAgency melaporkan bahwa, dalam pertemuan ini, masalah rakyat Yaman, yang disebabkan oleh tindakan sewenang-wenang koalisi agresor Saudi-Emirat dalam perampasan kapal bahan bakar Yaman, dibahas. Kapal-kapal tersebut sejatinya telah mendapat izin dari PBB.
Menteri Perminyakan Yaman mengatakan bahwa PBB dan lembaga internasional harus memenuhi tugas mereka dalam menghadapi masalah kemanusiaan rakyat Yaman. Karena koalisi Saudi tidak mengizinkan produk minyak masuk ke pelabuhan Al-Hudaidah.
Merujuk pada pentingnya intervensi segera untuk menemukan solusi yang mengarah pada masuknya kapal bahan bakar Yaman dan mencegah penyitaan terhadap kapal-kapal tersebut, ia menyatakan bahwa 9 kapal minyak Yaman masih dalam tahanan koalisi, meskipun kapal-kapal tersebut telah diperiksa dan mendapatkan izin di Djibouti.
Gresley juga mengklaim bahwa PBB sedang menindaklanjuti untuk menemukan cara untuk mencegah penyitaan terhadap kapal-kapal Yaman; Karena organisasi ini sadar akan kebutuhan rakyat Yaman terhadap produk minyak.
Konferensi pers yang diadakan pada hari Sabtu (3/9) oleh Kementerian Minyak dan Pertambangan Yaman, yang diadakan dengan tema agresi koalisi Saudi terhadap Yaman dan penjarahan sistematis terhadap kekayaan Yaman selama bertahun-tahun, mengeluarkan pernyataan dan menekankan bahwa jumlah minyak mentah yang dijarah antara 2018 dan Juli tahun ini diperkirakan mencapai 130 juta barel.
Kementerian ini menambahkan: Nilai total pendapatan minyak yang dijarah dari 2018 hingga Juli lalu adalah 9,5 miliar dolar atau sekitar 141,6 Triliun rupiah.
Baca Juga : 3 Tentara Suriah Tewas dalam Serangan Roket Teroris di Idlib
Dalam pernyataan ini disebutkan bahwa Volume produksi minyak mentah pada tahun 2018 sebesar 18 juta barel dengan nilai perkiraan satu 1,3 miliar dolar Amerika. Pada tahun 2019, lebih dari 29 juta barel minyak mentah diproduksi dengan nilai sekitar 2,3 miliar dolar.
Pernyataan ini menambahkan: Pada tahun 2020, lebih dari 31.600.000 barel dengan nilai perkiraan 2,024 miliar dolar, dan pada tahun 2021, hingga 31.500.000 barel minyak mentah dengan nilai 2,142 miliar dolar di Yaman telah diproduksi, sedangkan dari Januari hingga Juli tahun ini, produksi telah mencapai lebih dari 19.141.000 barel dengan perkiraan nilai lebih dari 1,722 miliar dolar.
Perusahaan Minyak Yaman mengumumkan bahwa produksi gas di negara ini juga menghasilkan 19,1 miliar rial Yaman per bulan.